Sukses

Budaya Baca Jadi Filter di Tengah Era Teknologi Digital

Kondisi masyarakat kita, terurama di daerah, memang bisa membaca namun belum sepenuhnya sampai pada kemampuan mengaplikasikan apa yang dibaca

Liputan6.com, Jakarta - Bisa membaca belum tentu bisa memahami isi bacaan. Hal itulah yang terjadi di sebagian besar masyarakat Indonesia. Kondisi masyarakat memang sudah mampu membaca, namun sayangnya, belum sampai pada kemampuan untuk memahami dan mengejawantahkan dari apa yang dibaca.

Maka, harus dipahami dalam pembudayaan membaca bagaimana pembaca memahami konteks dan menerapkan kemampuan literasi yang dimiliki.

"Contohnya, nilai-nilai Pancasila bisa dibaca dengan baik oleh masyarakat. Tapi, masih banyak yang belum memahami dan memanifestasikan nilai-nilai tersebut," ungkap Penjabat (Pj) Wali Kota Tegal Dadang Somantri pada Sosialisasi Kegemaran Membaca di Kota Tegal, Jumat (11/10/2024).

Perilaku masyarakat, lanjut Dadang, mencerminkan apa yang dibaca. Ia pun mengakui bahwa kondisi masyarakat Kota Tegal memang bisa membaca namun belum sepenuhnya sampai pada kemampuan mengaplikasikan apa yang dibaca. Tentu hal ini memerlukan akselerasi dalam program literasi dan menjadi tanggung jawab bersama semua pihak.

Kemajuan zaman berimbas pada tantangan literasi yang dihadapi. Kehadiran audio visual dan digitalisasi teknologi telah memalingkan anak-anak dari aktivitas membaca. 

Asyik bermain dengan teknologi tapi tanpa dibekali kemampuan menyaring informasi yang mereka terima. Di situlah pentingnya literasi, meski teknologi memudahkan semua orang namun informasi juga perlu dikelola dengan baik.

"Jangan sampai teknologi meninabobokan sehingga anak-anak menjadi kurang kreatif. Kita memerlukan penyeimbang ketika ini massif dialami. Peran keluarga, pendidikan, dan masyarakat harus lebih didorong," tambah Dadang.

 

2 dari 2 halaman

Kegemaran Membaca Dorong Berpikir Kritis

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, menegaskan bahwa kegemaran membaca mendorong orang untuk berpikir kritis dan analitis. Namun, di tengah kehidupan dunia yang kian mengglobal, masyarakat juga perlu mengedepankan budaya sebagai nilai-nilai yang mesti dipertahankan.

"Kita harus punya komitmen untuk melakukan pemajuan kebudayaan. Karena hal ini akan membawa kebaikan dalam segala hal," ujar Fikri.

Kolaborasi antara eksekutif pusat dan daerah serta legislatif dalam mendukung pengembangan budaya baca di Kota Tegal ditunjukkan dengan penyerahan bantuan berupa bahan bacaan bermutu sebanyak 1.000 eksemplar kepada 10 perpustakaan desa/kelurahan dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) terpilih.

Simbolis bantuan diserahkan Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpusnas Nurhadisputra kepada Pj Wali Kota Tegal.

Berikut perpustakaan desa/TBM penerima bantuan buku bacaan bermutu:

1.Perpustakaan Dewi Sartika

2.Perpustakaan Sakura

3.Perpustakaan Kelurahan Keturen

4.Perpustakaan Jendela Dunia Kelurahan Krandon

5.Perpustakaan Lestari

6.Perpustakaan Lautan Ilmu

7.Perpustakaan Jendela Dunia Kelurahan Slerok

8.Perpustakaan Pustaka Ilmu

9.TBM Prima

10.TBM Sekar Ananda