Liputan6.com, Yogyakarta - Hari Trauma Sedunia atau World Trauma Day diperingati setiap 17 Oktober. Peringatan ini awalnya berkaitan dengan tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan trauma.
Selain karena kecelakaan lalu lintas, trauma dan cedera juga bisa terjadi akibat kebakaran yang menimbulkan luka bakar. Trauma juga bisa didapat dari tindakan kekerasan dan kejahatan yang menyebabkan cacat sementara atau permanen.
Pengalaman traumatis yang mengganggu kesehatan mental dan fisik juga bisa disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) maupun kekerasan seksual. Pengalaman ini dapat mengakibatkan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Advertisement
Untuk memperingati Hari Trauma Sedunia, berikut beberapa cara efektif untuk memulihkan diri dari trauma seperti dikutip dari yankes.kemkes.go.id:
Baca Juga
1. Latihan fokus
Pemulihan trauma bisa dimulai dengan fokus pada diri sendiri. Cari tempat tenang tanpa gangguan dan gunakan pakaian yang nyaman untuk memulai proses ini.
Ambil posisi duduk dengan nyaman di lantai dan pejamkan mata. Tarik napas dalam-dalam, lalu fokus, dan rasakan kesadaran diri sendiri.
Perlahan, rasakan sejuknya lantai yang perlahan berganti dengan aliran energi dari tulang ekor hingga ke lantai. Tetap pusatkan pikiran pada tubuh tanpa distraksi dari hal lain.
2. Ingat kembali memori masa lalu
Saat sudah mulai fokus, coba ingat kembali situasi atau peristiwa yang membuat kesal baru-baru ini. Kemudian, temukan sesuatu yang memicu emosi tersebut.
Ingat secara detail dan bayangkan kamu ada di masa tersebut. Lihat dan rasakan kembali emosi yang muncul kala itu.
Â
Rasakan Emosinya
3. Rasakan emosinya
Ambil napas dalam-dalam sampai diri terasa tenang. Kemudian, biarkan tubuh merasakan berbagai emosi.
Amati dan fokus terhadap respons fisik yang muncul saat itu. Biasanya, tubuh akan merespons dengan kesemutan, sesak, sakit kepala, atau lainnya.
Sensasi ini dibutuhkan untuk memahami kembali trauma masa kecil yang pernah dialami. Cobalah untuk menjelaskan perasaan tersebut pada diri sendiri sedetail mungkin seolah sedang berbicara pada diri sendiri di dalam hati.
4. Kenali setiap sensasi
Saat emosi yang bergejolak mulai terasa, coba kaitkan dengan sensasi yang dirasakan saat itu. Apakah terdapat rasa cemas yang membuat dada sesak atau perasaan marah yang membuat tubuh terasa panas?
Rasakan dan katakan dalam hati tentang perasaan tersebut. Melalui hal ini, kita akan lebih mudah memahami diri sendiri.
5. Cintai setiap emosi dan sensasi yang dirasakan
Terima dan cintai setiap emosi dan sensasi yang dirasakan. Hal ini akan membantu menyembuhkan trauma masa kecil.
Katakan pada diri bahwa kamu suka dan senang merasakan berbagai emosi ini. Afirmasi diri sendiri dengan mengatakan, "Aku cinta diri saya karena perasaan (termasuk marah, sedih, cemas)". Perlahan, kamu akan menerima setiap emosi dan sensasi dalam diri sebagai sesuatu hal yang normal.
Â
Advertisement
Rasakan dan Lakukan
6. Rasakan dan lakukan
Setelah terbiasa fokus pada emosi dan sensasi, biarkan perasaan tersebut mengalir. Tahan diri untuk menyembunyikannya.
Selanjutnya, biarkan tubuh merespons emosi dan sensasi dengan berbagai hal yang kamu inginkan atau perlu lakukan. Jika saat itu tubuh ingin menangis, maka menangislah sepuasnya.
Jika ingin berteriak atau memukul sesuatu, maka lakukanlah. Rasakan dan lakukan hingga diri merasa cukup.
7. Ambil pesannya
Jika emosi yang dirasakan sekarang telah terhubung dengan peristiwa masa lalu yang membuat trauma, maka cermati baik-baik dan ambil pesan moralnya. Namun, jika kamu merasa tak mendapatkan apa-apa, coba tulis semua perasaan dan emosi yang dirasakan dalam secarik kertas.
Lakukan hal ini selama 10 menit tanpa henti. Kemudian, coba pikirkan tentang pesan yang sedang coba dikirim oleh emosimu saat ini.
8. Berbagi dengan orang lain
Trauma tidak selamanya bisa disimpan sendiri. Ceritakanlah apa yang kamu rasakan kepada seseorang yang kamu percaya.
Jika kamu tidak nyaman dengan langkah ini, maka tulis saja berbagai perasaan yang dirasakan mengenai trauma masa kecil. Tulis peristiwa yang menjadi pemicu awal dan bagaimana reaksi kamu saat itu.
Tulis pula tentang apa yang kamu rasakan saat ini. Meski terlihat sepele, tetapi berbagi cerita dengan berbicara atau menulis menjadi cara efektif untuk mengeluarkan emosi yang selama ini terpendam.
Â
Lepaskan dan Buang
9. Lepaskan dan buang
Setelah menceritakan atau menuliskan semua hal yang dirasakan, sekarang saatnya ritual melepaskan. Luapkan emosi dari trauma terdahulu dengan cara membakar surat yang baru ditulis atau membuang benda yang menjadi pemicu munculnya trauma masa kecil.
Apapun caranya, intinya lepaskan dan buang semua hal yang bisa membuat kamu teringat kembali akan hal itu. Hilangkan trauma, emosi, dan sensasi yang menyertainya.
10. Minta bantuan ahli atau profesional
Jika berbagai cara di atas tak membuahkan hasil, maka sebaiknya mintalah bantuan ahli atau profesional. Ceritakan trauma masa kecil kamu kepada psikolog atau terapis ahli untuk mencari tahu lebih dalam. Dengan demikian, akan ada penanganan tepat yang bisa dilakukan.
Â
Penulis: Resla
Advertisement