Sukses

Meneropong Harapan Besar IAIN Kudus yang Terobsesi Jadi Magnet Kampus Islam Dunia

Berada di kabupaten dengan wilayah terkecil di Jawa Tengah, bukan berarti IAIN Kudus tidak bisa membuat lompatan besar untuk go internasional.

Liputan6.com, Kudus - Lokasi kampus yang berada di kabupaten dengan wilayah terkecil di Jawa Tengah, tidak membuat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus lantas berkecil hati.

Bahkan kini, IAIN Kudus membuat lompatan lebih tinggi, yakni menaikkan level mereka sebagai perguruan tinggi berkelas dunia. Cita-cita besar IAIN Kudus yakni menjadi institusi yang bisa mengenalkan Islam di Indonesia kepada masyarakat internasional.

Terbaru, kampus yang bernaung di bawah Kementerian Agama RI itu, melakukan penjajakan dan berkolaborasi dengan sejumlah perguruan tinggi di Amerika Serikat.

IAIN Kudus melirik beberapa kampus ternama di Amerika sebagai mitra kerja. Di antaranya Boston University, Georgetown University, American University, University of Wisconsin-Madison dan Northern İllinois University.

Diharapkan dari hasil kunjungan itu, IAIN Kudus bisa bekerjasama dengan beberapa kampus di Amerika terkait joint-research. Selain itu, kuliah daring sebagai guest lecture dalam program studi doktor Studi Islam.

Gebrakan membuka jaringan internasional itu, terungkap saat delegasi IAIN Kudus melakukan kunjungan kerja di Amerika Serikat awal Oktober lalu. Kala itu, delegasi IAIN juga berkesempatan hadir dalam konferensi Indonesia Focus 2024 pada 5 Oktober 2024.

Rektor IAIN Kudus Prof. Dr. H. Abdurrohman Kasdi, Lc., M.Si mengaku, melakukan inovasi besar dalam mempersiapkan rencana transformasi IAIN Kudus menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kudus.

Inovasi yang dilakukan, kata Abdurrohman, dengan kunjungan kerja ke beberapa universitas ternama di Amerika Serikat. Sebelumnya, delegasi IAIN setempat dipercaya memaparkan dua paper (topik) dalam konferensi Indonesia Focus 2024.

“Kami juga berkesempatan berdiskusi dengan Prof. Robert W. Hefner dari Institute on Culture Religion and World Affairs (CURA), Boston University,” ujar Prof. Abdurrohman kepada Liputan6.com, Kamis 17 Oktober 2024.

Dalam kesempatan itu, kata Abdurrohman, Prof. Robert W Hefner mengajak delegasi IAIN berkolaborasi mengadakan joint-research. Kemudian memberikan kuliah daring sebagai guest lecture dalam program studi doktor Studi Islam.

“Menanggapi tawaran itu, beliau (Prof. Hefner) pun menyanggupinya. Undangan tersebut merupakan sebuah kehormatan, karena konsentrasi kajian beliau sangat erat kaitanya dengan studi ke-Islaman khususnya di Indonesia,” terang Abdurrohman.

Dalam agenda berikutnya, delegasi IAIN Kudus juga menemui Professor Akbar S Ahmed. Akbar merupakan Ketua Ibn Khaldun of Islamic Studies di School of International Service, the American University, Washington, D.C.

“Delegasi IAIN Kudus dijamu secara langsung di kediaman Prof. Akbar yang juga mantan duta besar Pakistan untuk Britania Raya dan Irlandia di kediamannya. Beliau sangat senang dan merasa terhormat atas kunjungan kami,” terangnya.

Pihak Rektor dan Wakil Rektor II IAIN Kudus menyampaikan rencana melibatkan Prof. Akbar dan koleganya di American University memberikan kuliah daring pada program pascasarjana, khususnya program studi S3 Studi Islam di IAIN Kudus.

Pada akhir pertemuan, Prof. Akbar memberikan hadiah sebuah buku karyanya sendiri. Bahkan ia meminta secara khusus kepada delegasi IAIN Kudus menerjemahkan dan mempublikasikanya di Indonesia.

Dalam pertemuan hari selanjutnya, delegasi IAIN Kudus berkesempatan berdiskusi dengan perwakilan Georgetown University, Professor John L. Esposito dari Religion and International Affairs and of Islamic Studies.

 

2 dari 2 halaman

IAIN Kudus Kampus Islam Dunia

Selain itu, delegasi IAIN Kudus juga disambut oleh Dr. Jonathan Stupple selaku Programs Director di the Alwaleed Center for Muslim-Christian Understanding (ACMCU), Walsh School of Foreign Service. Delegasi IAIN Kudus pun berdiskusi cukup lama dengan pihak ACMCU Georgetown University.

Professor John menyampaikan bahwa IAIN Kudus yang akan bertransformasi menjadi UIN Sunan Kudus, berpotensi menjadi institusi yang bisa mengenalkan Islam di Indonesia pada masyarakat internasional.

“Georgetown University bersedia membantu dan berkolaborasi sebagai partner IAIN Kudus dalam mewujudkan tujuan tersebut, termasuk salah satunya program kerjasama peningkatan kualitas jurnal unggulan IAIN Kudus, Qudus International Journal of Islamic Studies (QIJIS),” paparnya.

Selanjutnya, delegasi IAIN Kudus menemui beberapa perwakilan dari the University of Wisconsin-Madison. Di antaranya Associate Director Jamie R. Welling dari Global Engagement Office, School of Education, Maj H. Fischer selaku Director of External Relations, International Division, Professor Weijia Li Ph.D. selaku Director of Global Higher Education Program, dan Michael Cullinane selaku Associate Director of the Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) UW-Madison.

Pada empat pertemuan tersebut, pihak UW-Madison sangat terbuka dan menerima baik tawaran kerjasama dari IAIN Kudus baik pada level institusi maupun fakultas.

“Kerjasama ini bisa dilakukan dalam skema Fullbright Funding dari AMINEF baik untuk pertukaran mahasiswa, tenaga kependidikan, maupun dosen di lingkungan kedua institusi,” ungkapnya.

Bentuk kerjasama lainnya, lanjut Abdurrohman, yakni kolaborasi penelitian dan publikasi ilmiah pada level fakultas dan program studi. Kerjasama ini dilakukan untuk mendorong interaksi internasional bagi kedua belah pihak.

Pada hari Kamis (10/10/2024), delegasi IAIN Kudus juga diundang Assoc. Prof. Eric Alan Jones dari Center for Southeast Asian Studies (CSEAS), Northern Illinois University (NIU).

Undangan tersebut untuk menghadiri perayaan Hati Batik Nasional di KJRI Chicago. Acara itu diselenggarakan dengan kerjasama dengan pihak NIU.

“Selama ini, CSEAS NIU mempunyai track record kerjasama yang baik dengan berbagai universitas di Indonesia. Perwakilan dari NIU berharap pertemuan dengan delegasi IAIN Kudus menjadi langkah awal kerjasama akademik dan kolaborasi program-program lainya bagi kedua institusi,” paparnya.

(Arief Pramono)