Liputan6.com, Jakarta - Candi Sukuh adalah salah satu candi Hindu yang terletak di lereng barat Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Candi ini dibangun pada abad ke-15 Masehi, tepatnya dibangun sekitar tahun 1437 oleh Bhre Daha, keturunan keluarga aristokratis tua Kediri.
Dirangkum dari berbagai sumber, pembangunan Candi Sukuh dilakukan secara terburu-buru karena kebutuhan mendesak untuk tempat pemujaan dan situasi politik, ekonomi, serta perdagangan menjelang keruntuhan Majapahit. Candi Sukuh ditemukan pada tahun 1815 oleh Jeremiah Martin Johnson, Residen Surakarta, saat masa pemerintahan Inggris.
Pada tahun 1842, arkeolog Belanda bernama Van der Vlis melakukan penelitian di Candi Sukuh. Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 1928. Menelusuri sejarah Candi Sukuh membawa kita pada masa ketika peradaban Hindu di Jawa mulai mengalami perubahan.
Advertisement
Baca Juga
Candi ini didirikan ketika pengaruh Majapahit mulai menurun, dan arus budaya serta kepercayaan lokal mulai kembali menguat. Pengaruh-pengaruh ini tampak jelas pada relief dan ornamen yang menghiasi candi, yang banyak menggambarkan mitologi Jawa kuno, ritual kesuburan, serta simbol-simbol yang tidak ditemukan pada candi Hindu lainnya di Jawa.
Oleh karena itu, Candi Sukuh kerap dianggap sebagai candi yang melambangkan transisi budaya dan spiritual pada masa tersebut. Ciri paling menonjol dari Candi Sukuh adalah bentuknya yang sederhana namun penuh simbolisme.
Tidak seperti candi-candi lain di Jawa yang biasanya berbentuk menara tinggi (stupa), Candi Sukuh berbentuk seperti piramida terpotong. Pada bagian puncak candi terdapat altar yang digunakan untuk upacara keagamaan.
Bagian relief menceritakan kisah Ruwatan, seperti arca kura-kura dan Garuda, sudamala, maupun garudheya. Relief yang terdapat di Candi Sukuh dikenal unik karena mengandung banyak simbol terkait kesuburan.
Beberapa relief yang menggambarkan lingga (simbol maskulin) dan yoni (simbol feminin), yang dianggap sebagai lambang kesuburan dan keharmonisan alam. Ini menunjukkan bahwa Candi Sukuh mungkin digunakan sebagai tempat untuk upacara kesuburan, di mana masyarakat kuno berdoa untuk hasil panen yang melimpah dan kesejahteraan.
Candi Terakhir
Selain itu, ornamen dan relief di candi ini juga mengandung pesan moral tentang kehidupan, pengetahuan, dan spiritualitas. Arkeolog menemukan banyak hal menarik ketika melakukan penelitian di Candi Sukuh.
Salah satunya adalah patung-patung yang menggambarkan tokoh-tokoh mitologi yang biasanya tidak muncul di candi-candi Hindu lainnya. Misalnya, patung Garuda yang tampak seperti menggendong manusia sering diartikan sebagai simbol pembebasan jiwa dari belenggu dunia.
Hal ini memunculkan berbagai tafsir tentang fungsi dan makna Candi Sukuh sebagai tempat spiritual yang unik dan berbeda dari candi-candi Hindu lainnya di Jawa.Di sisi lain, latar belakang sejarah pembangunan Candi Sukuh juga cukup menarik untuk ditelusuri.
Diperkirakan, candi ini dibangun pada masa pemerintahan Majapahit di bawah Raja Brawijaya V, ketika kerajaan tersebut mengalami kemunduran. Beberapa sejarawan menyebutkan bahwa Candi Sukuh merupakan salah satu candi terakhir yang dibangun oleh Majapahit, sebagai upaya untuk mempertahankan pengaruh Hindu di Jawa yang mulai terdesak oleh munculnya agama Islam.
Pengaruh budaya lokal sangat kental dalam arsitektur dan simbolisme di Candi Sukuh, yang menggambarkan perpaduan antara kepercayaan Hindu dan animisme yang dianut masyarakat setempat. Hal ini tercermin dari penggunaan simbol-simbol sederhana dan jelas, seperti relief-relief yang menggambarkan manusia, hewan, serta alat-alat pertanian.
Meski bentuk dan hiasannya berbeda dari candi Hindu klasik, Candi Sukuh tetap memiliki elemen-elemen keagamaan yang kuat. Mengunjungi Candi Sukuh tidak hanya memberikan pengalaman menikmati keindahan arsitektur kuno, tetapi juga membuka wawasan tentang bagaimana masyarakat Jawa pada masa itu memandang dunia, spiritualitas, dan kehidupan sehari-hari.
Melalui berbagai relief, patung, dan bentuk bangunan yang ada, pengunjung dapat melihat jejak-jejak kebudayaan yang kaya dan penuh misteri dari masa lalu, yang masih bisa kita pelajari dan nikmati hingga sekarang.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement