Sukses

Alasan UMKM Sulit Berkembang, Pakar UGM Jelasnya Penyebabnya

UMKM di Indonesia hingga saat ini masih sulit untuk berkembang. Lalu apa penyebabnya? Pakar UGM menjelaskannya.

Liputan6.com, Yogyakarta - UMKM sulit menaikkan daya saing menurut Pakar Manajemen Bisnis FEB UGM, Rocky Adiguna, karena kurangnya minat untuk mengembangkan usaha akibat minimnya akses terhadap teknologi, minimnya literasi digital, sampai profit yang tidak berkelanjutan. Rocky mengatakan perlu adanya bantuan ekosistem agar UMKM dapat terintegrasi atau setidaknya menumbuhkan keinginan untuk berkembang.

“Kita melihat UMKM ini lebih sering survival daripada berkembang. Banyak tantangannya. Maka kita perlu membuat ekosistem, dan ketika UMKM bisa tergabung dalam ekosistem maka dia bisa punya sumber daya yang di luar dirinya sendiri,” terang Rocky di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM Jumat 11 Oktober 2024.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) Teten Masduki, dalam kuliah umum bertema “Masa Depan Perekonomian Bangsa” FEB UGM menjelaskan target perekonomian nasional pada tahun 2045 adalah meraih pendapatan per kapita hingga 30.000 US Dollar dari pencapaian sebesar 5% setiap tahun. Teten mengatakan target yang ada tidaklah mudah mengingat pertumbuhan ekonomi juga harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat.

“Saat ini pendapatan kita masih mencapai 5.000 US Dollar. Ini adalah fakta yang harus kita ubah, kita butuh entrepreneur yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja lebih produktif,” ucap Teten.

Teten mengatakan untukmencapai target ini harus memaksimalkan pertumbuhan UMKM. Sebab, sekitar 97% lapangan pekerjaan berasal dari usaha kecil informal yang produktivitasnya masih rendah.

“Tantangan ini perlu diatasi dengan memperkuat UMKM masyarakat sehingga mampu berdaya saing dan menyerap lebih banyak tenaga kerja,” katanya.

Pemerintah lalu menginisiasi pemberdayaan dan pendampingan UMKM oleh perguruan tinggi nasional dan ada 500 startup yang tumbuh melalui program Kemenkop UKM, yakni Entrepreneur Hub. Melalui entrepreneur hub ini menurutnya penting sebagai wadah penghubung antara pengusaha dan investor.

“Tentunya, diperlukan upaya-upaya berkelanjutan untuk memperkuat UMKM masyarakat. Guna meningkatkan daya saing UMKM, mereka harus mendapatkan akses inovasi, teknologi, dan digitalisasi,” tambahnya.

Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM, Siti Azizah, Kemenkop UKM menggenjot pertumbuhan UMKM nasional dengan prorgam konsultasi dan pendampingan pelaku usaha, program inkubasi wirausaha, akses modal, sampai pengembangan UMKM sampai pasar ekspor. Terkait modal dalam memulai bisnis, pemerintah memiliki instrumen khusus agar pelaku usaha mendapatkan modal cukup, termasuk kerja sama dengan pemodal non-bank, angel investor, dan crowdfunding.

“Setiap bulan kami ada program untuk mempertemukan UMKM dengan investor. Jumlah startup saat ini mencapai kurang lebih 2.400, dan yang sudah ada di kami sekitar 550. Kami masih mengejar sekitar 200 start-up lagi dan saat ini masih dibina,” paparnya.

Menurutnya Indonesia masih memerlukan sekitar 4% proporsi UMKM dalam perekonomian nasional, sementara saat ini masih berjalan di angka 3,7%. Siti berharap, usaha-usaha yang muncul di masyarakat dapat berbasis teknologi dan dapat berkelanjutan dapat mendorong tumbuhnya pelaku UMKM yang baru.

 

Simak Video Pilihan Ini: