Liputan6.com, Palangkaraya - Mangenta merupakan tradisi Suku Dayak yang dilaksanakan untuk menyambut datangnya musim panen padi. Tradisi yang sudah dilakukan turun-temurun ini berasal dari nenek moyang Suku Dayak yang bermukim di Kalimantan Tengah.
Mengutip dari mmc2.kalteng.go.id, tradisi mangenta dilaksanakan oleh para petani setempat. Tradisi ini menjadi wujud syukur para petani atas dimulainya panen padi.
Musim panen padi menandakan dimulainya musim untuk menuai. Sementara itu, mangenta merupakan proses mengolah padi menjadi kenta, makanan khas Dayak Kalteng berbahan ketan.
Advertisement
Baca Juga
Kenta umumnya hanya bisa saat acara tertentu, salah satunya acara adat pakanan batu. Diperlukan beberapa bahan untuk membuat kenta, yaitu padi ketan, kelapa muda, gula putih atau gula merah, dan air kelapa muda.
Proses pembuatannya dimulai dari merendam padi ketan, kemudian ditiriskan. Selanjutnya, padi ketan disangrai selama kurang lebih 10 menit menggunakan api sedang. Setelah disangrai, kemudian ditumbuk hingga halus di dalam lesung.
Kenta yang sudah bersih selanjutnya dicampur air kelapa secukupnya. Kenta kemudian didiamkan selama kurang lebih lima menit.Â
Setelah itu, diberi tambahan gula pasir atau gula merah secukupnya. Seluruh bahan kemudian diaduk hingga merata dan didiamkan kembali selama kurang lebih lima menit. Setelah semua proses selesai, kenta siap dihidangkan.
Kenta dapat dihidangkan dengan diseduh menggunakan air panas dan diberi campuran susu. Makanan ini memiliki tekstur kenyal dengan cita rasa manis.
Pada 2022 lalu, tradisi mangenta mencatat rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) dengan peserta terbanyak. Saat itu, sebanyak 1.043 orang ikut berpartisipasi dalam Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2022.
Â
Penulis: Resla