Sukses

Rewandha Bojana, Cara Unik Warga Cikakak di Banyumas Hidup Berdampingan dengan Kera Ekor Panjang

Festival Rewandha Bojana di Desa Cikakak, Wangon, Banyumas kembali digelar pada Minggu, 20 Oktober 2024.

Liputan6.com, Banyumas - Warga desa pada masa lalu selalu menempuh jalan budaya untuk menyelesaikan problematika kehidupan. Melalui produk budaya bernama kearifan lokal ini pula, warga Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas menyelesaikan persoalan invasi kera ekor panjang ke ladang pertanian mereka.

Perbukitan di sekeliling Desa Cikakak merupakan habitat kera ekor panjang. Pada puncak kemarau, satwa yang hidup secara komunal ini kerap keluar hutan lalu membabat habis tanaman pertanian warga.

Alih-alih memburu atau memasang perangkap, petani dari desa yang dikenal dengan masjid Saka Tunggal ini justru memilih hidup berdampingan dengan satwa primata ini. Warga justru merelakan sebagian hasil panennya untuk gerombolan monyet itu.

Seiring berjalannya waktu, harmoni warga Cikakak dengan kera ekor panjang dikemas menjadi festival untuk kepentingan industri pariwisata. Maka lahirlah Festival Rewandha Bojana.

Istilah Rewandha Bojana merupakan bahasa jawa kuno. Rewandha berarti kera dan Bojana berarti makan bersama. Rewandha Bojana menjadi momen makan beresama kera ekor panjang.

Pada festival ini, warga menyuguhkan gunungan berisi hasil bumi. Gunungan ini diarak dari tanah lapang tempat upaca dimulai hingga ke lokasi komplek masjid Saka Tunggal, tempat kumpulan kera eekor panjang kerap muncul.

Kemasan festival ini kini menjadi daya tarik wisata. Desa Cikakak yang dikenal sebagai penghasil ciu, kini mulai bergeser menjadi desa wisata. Puncaknya, Cikakak dinobatkan sebagai desa wisata terbaik se-Jawa Tengah pada 2021.

Untuk kesekian kalinya, Festival Rewandha Bojana kembali digelar pada Minggu (20/10/2024). Tahun ini, Festival Rewandha Bojana diikuti 21 peserta dengan 17 gunungan dari sekolah, paguyuban seni, pemerintahan desa hingga karang taruna.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Memantik Peningkatan Ekonomi Mikro

Kepala Dinporabudpar Banyumas, Setia Rahendra, menjelaskan, festival ini tak sekadar memberi makan kera yang ada di sekitaran Mesjid Saka Tunggal, namun juga penggerak perekonomian desa, bahkan daereah. Pasalnya, festival ini terbukti memberikan efek pada perkembangan wisata, UMKM, kuliner hingga seni pertunjukan Banyumas.

"Seperti tadi, sudah diciptakan Tari Rewandha Bojana," ujarnya, Minggu (20/10/2024)

Festival ini digelar setiap tahun dengan kualitas yang terus ditingkatkan. Harapnnya, even ini benar-benar menciptakan efek berantai, khususnya bagi ekonomi mikro.

Sementara Kepala Desa Cikakak, Akim, menuturkan festival kali ini berjalan dengan baik dan meriah. Ini tampak dari antusiasme pengunjung yang memadati lokasi festival, baik dari Banyumas maupun luar Banyumas.

"Sebagai desa wisata, harus memiliki atraksi budaya yang mampu menarik wisatawan. Bukan hanya wisatawan lokal, tapi juga mancanegara," ucapnya.