Sukses

Pemkot Semarang dan BRIN Siap Jadikan Semarang Pionir Budidaya Pangan Berkelanjutan

Program ini merupakan bagian dari kolaborasi antara Pemkot Semarang dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Liputan6.com, Jakarta Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebut jika Kota Semarang memiliki potensi lahan persawahan yang cukup luas, khususnya di Kecamatan Tugu, dengan total sekitar 400 hektare.

Dalam upaya mendukung ketahanan pangan, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berkomitmen untuk mengoptimalkan lahan ini melalui penanaman varietas padi unggul, yaitu padi Biosalin.

Dalam kesempatan tersebut, wali kota yang akrab disapa Mbak Ita bersama Wakil Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Amarullah Octavian dan Kelompok Tani Sumber Rejeki melakukan panen padi Biosalin 1 dan 2, Sabtu (26/10).

Dalam acara panen padi Biosalin yang diadakan di lahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Mbak Ita menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari kolaborasi antara Pemkot Semarang dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

"Dengan penerapan budidaya padi Biosalin yang tahan terhadap salinitas tinggi, kami berharap dapat memanfaatkan lahan yang saat ini tidak terpakai," ungkapnya.

Mbak Ita menambahkan bahwa di Kota Semarang terdapat 1.600 hektare sawah yang dapat dikembangkan. “Demplot padi Biosalin yang kami panen ini akan dijadikan benih. Universitas Diponegoro (Undip) juga akan melakukan uji coba di lahan mereka untuk ditanam di Jepara, dengan harapan menghasilkan sekitar 15 hektare benih yang berkualitas,” terangnya.

"Alhamdulillah, Undip juga mendukung inovasi kami melalui sistem desalinasi, yang mengolah air laut menjadi air bersih untuk kebutuhan pertanian dan minum bagi masyarakat," lanjut Mbak Ita.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Keunggulan Padi Biosalin

Selain itu, Pemkot Semarang berkomitmen untuk mendukung petani dengan penyediaan mesin perontok gabah yang menggunakan bahan bakar petrasol, hasil riset dari BRIN yang memanfaatkan limbah plastik.

"Kami ingin memastikan petani di pesisir bisa mendapatkan kesejahteraan dari hasil pertanian yang mereka lakukan," imbuhnya.

Keunggulan padi Biosalin sendiri terletak pada produksinya yang tinggi, mampu menghasilkan 6,75 ton per hektare, yang berarti lebih tinggi dari rata-rata produksi nasional. "Program ini diarahkan untuk meningkatkan hasil pertanian di pesisir," tambahnya.

Wakil Kepala BRIN, Amarullah Octavian, menambahkan bahwa pihaknya akan terus mendampingi program penanaman padi Biosalin di kawasan lahan pesisir. "Kami mendukung penelitian tentang penanaman padi di atas laut, dengan tujuan untuk meningkatkan kadar nutrisi padi dan mengurangi stunting di masyarakat," ujarnya.

Amarullah juga menyebutkan bahwa BRIN akan menyiapkan teknologi penyimpanan untuk hasil padi, sehingga petani dapat mengantisipasi fluktuasi harga saat panen raya. “Kami berharap semua upaya ini dapat memberikan keuntungan bagi petani dan memperkuat sektor pertanian di Semarang,” jelasnya.

Dengan inisiatif ini, Pemkot Semarang dan BRIN berupaya untuk menjadikan Kota Semarang sebagai pionir dalam budidaya pangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, demi kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan di wilayah tersebut.