Sukses

Fakta Menarik di Balik Keindahan Banda Neira

Pada tahun 1621, di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, VOC melakukan penaklukkan dengan kekerasan terhadap penduduk asli Banda.

Liputan6.com, Jakarta - Banda Neira terletak di Kepulauan Banda di Provinsi Maluku memiliki perjalanan sejarah yang kaya dan menarik, terutama terkait perdagangan rempah-rempah pada masa kolonial.

Dirangkum dari berbagai sumber, pada abad ke-15 hingga ke-17, Banda Neira dikenal sebagai satu-satunya tempat di dunia yang menghasilkan pala dan fuli, rempah yang sangat berharga dan bernilai tinggi di pasar internasional.

Rempah-rempah ini digunakan tidak hanya sebagai bumbu masak, tetapi juga sebagai obat, dan bahkan diyakini memiliki kekuatan magis. Karena itu, Banda Neira menjadi incaran bangsa Eropa, khususnya Portugis, Spanyol, dan Belanda, yang berlomba-lomba untuk menguasai pulau ini demi menguasai perdagangan pala.

Kedatangan bangsa Eropa membawa perubahan besar bagi Banda Neira. Belanda, melalui konglomerasi dagangnya yang terkenal, yaitu VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), akhirnya berhasil memonopoli perdagangan pala di Banda setelah melakukan ekspedisi militer yang brutal.

Pada tahun 1621, di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, VOC melakukan penaklukan dengan kekerasan terhadap penduduk asli Banda yang menolak monopoli perdagangan Belanda.

Tragedi ini dikenang sebagai salah satu episode kelam dalam sejarah Banda, di mana ribuan penduduk Banda dibantai atau diasingkan, dan banyak dari mereka yang selamat dipaksa bekerja di perkebunan pala milik Belanda.

Sejak saat itu, Banda Neira menjadi pusat perkebunan pala di bawah kendali penuh Belanda. Meskipun mengalami kolonisasi yang keras, Banda Neira tetap menjadi pusat ekonomi yang penting hingga abad ke-19.

2 dari 2 halaman

Bangunan Kolonial

Dalam perkembangannya, pulau ini juga menarik perhatian para pemimpin dan tokoh nasional Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, Banda Neira dijadikan tempat pengasingan bagi para pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia, termasuk Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir.

Selama masa pembuangan ini, kedua tokoh tersebut tetap aktif berdiskusi dan menyusun strategi pergerakan kemerdekaan, sehingga Banda Neira memiliki makna historis yang mendalam bagi perjuangan bangsa Indonesia.

Bahkan hingga kini, bekas rumah pengasingan mereka masih dapat ditemukan di Banda Neira dan telah menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik minat wisatawan.

Kini, Banda Neira terkenal sebagai salah satu destinasi wisata yang menawarkan keindahan alam bawah laut yang luar biasa dan peninggalan sejarah yang kaya. Laut di sekitar Banda Neira dikenal dengan keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi, menjadikannya surga bagi para penyelam dan pecinta laut.

Selain itu, bangunan-bangunan kolonial peninggalan Belanda masih berdiri kokoh, seperti Benteng Belgica dan Benteng Nassau, yang menjadi saksi bisu masa-masa kolonial yang penuh gejolak.

Kombinasi antara sejarah, budaya, dan keindahan alam membuat Banda Neira memiliki daya tarik yang unik bagi wisatawan dari seluruh dunia.

 

Penulis: Belvana Fasya Saad