Sukses

Mahasiswa SV Undip Dibekali Strategi Menghadapi 'Penjajahan' Kecerdasan Buatan

Semakin banyak pekerjaan yang bisa digantikan oleh Artificial Intellegence (AI) atau kecerdasan buatan. Namun secerdas apapun, tak akan bisa mengalahkan manusia.

Liputan6.com, Semarang - Perkembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intellegence (AI) semakin meluas. Kini banyak pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan manusia, mulai diambil alih AI. Demikian pula makin banyak perusahaan yang memanfaatkan teknologi AI.

Menghadapi ini Sekolah Vokasi Undip menggelar program kuliah umum dengan topik “ Pengembangan Literasi Digital untuk Gen Zilenial (Z)". Forum diinisiasi Prodi Bahasa Asing Terapan Sekolah Vokasi bertempat di Gedung Pascasarjana Ruang 201 Kampus Undip Pleburan.

Kaprodi Bahasa Asing Terapan SV Undip Sriwahyuni Istana Trahutami SS Mhum secara resmi membuka acara mewakili Dekan Sekolah Vokasi Prof Dr Budiyono.

"Forum ini dipakai memberikan wawasan dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa baru," kata Triwahyuni.

Menghadirkan dosen Unnes Dr Hendi Pratama, sebagai pembicara. Dr Hendi dikenal sebagai pegiat literasi digital dan Founder @edutrans.id.

Menurut Sriwahyuni, latar belakang kuliah umum ini adalah pesatnya perkembangan teknologi informasi digital. Termasuk kehadiran teknologi kecerdasan atau artificial intelligence.

"Teknologi ini menawarkan kemudahan untuk membantu mengerjakan tugas manusia. Nah, meski banyak dimanfaatkan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas perkuliahan, sebaiknya mahasiswa tetap harus berpikir kritis dan belajar mengasah kecerdasan otak dengan lebih optimal," katanya.

Sementara itu dalam kuliahnya, Hendi Pratama mengatakan bahwa kemajuan iptek sangat membantu pekerjaan dan menjawab kebutuhan banyak orang.

"Namun juga membawa dampak di kehidupan masyarakat. Mahasiswa tidak boleh menyalahgunakan kemajuan teknologi termasuk saat memanfaatkannya dalam mendukung perkuliahan," katanya.

Keberadaan teknologi kecerdasan buatan yang banyak digunakan menyelesaikan tugas mahasiswa berisiko disalahgunakan. Seperti untuk sengaja mencontek isi materi milik orang lain, yang akan mengarah pada kecurangan dan plagiasi.

Hal semacam ini sangat mudah diketahui dan membuat peserta perkuliahan dirugikan karena terkena sanksi.

"Prinsipnya pemanfaatan teknologi di dunia pendidikan tidak boleh membuat orang berlaku curang," katanya.

Koordinator Panitia Mahasiswa Keisya, mengakui forum semacam ini bermanfaat luas untuk mendukung literasi digital di tengah Generasi Zilenial (Z).

"Mahasiswa perlu bijak dalam memanfaatan teknologi mutakhir agar tidak terjebak melanggar prinsip akademi," katanya.