Sukses

Inspiratif, Ini Cerita Seorang Goweser yang Sukses Menuju Tanah Suci Mekah dari Tanah Air

Narendra Wicaksono pesepeda asal Indonesia berhasil mencapai Mekah setelah mengayuh sepeda dari Tanah Air selama 182 hari.

Liputan6.com, Denpasar - Narendra Wicaksono (27) adalah Pesepeda Indonesia yang nekat gowes sepeda kayuh menuju tanah suci Mekah. Dengan bermodalkan keyakinan dan sepeda pemberian dari orang tuanya ketika masih sekolah yang sudah ia modifikasi, Narendra akhirnya bisa menginjakkan kaki di Mekah tepat 182 hari.

Seperti pernah ditulis Liputan6.com ketika pada bulan April 2024 lalu, sementara Narendra mengawali perjalanan gowes ke Mekah sejak 15 Januari 2024 lalu. Perjuangannya kurang lebih 6 bulan bisa melampaui 8 negara dan sempat mengalami headstroke ketika berada di negara India.

9 September 2024 Narendra sudah tiba kembali di Indonesia, Narendra menyempatkan berkunjung ke Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Rembang dan Bali. Saat berada di Bali, Narendra bertemu dengan Liputan6.com, ia menceritakan perjalanan dan pengalamannya gowes ke Mekah. pengalaman yang ia tak lupakan ketika sepedanya sempat mengalami kerusakan dan ban sepedanya meledak di Thailand, sementara di Turki sepedanya kembali mengalami kerusakan. Padahal sebelum itu, di wilayah Jambi sepedanya juga sudah pernah rusak ketika baru beberapa hari meninggalkan kediamannya.

"Waktu perjalanan masih di Indonesia sepeda rusak di Jambi. Ban sepeda meledak di Thailand dan sepeda rusak di Turki. Perjalananan panjang itu terbayarkan ketika bisa berdiri di Tanah Suci Mekah. Perasaan yang sangat sulit diungkapkan," kata Narendra saat berbincang kepada Liputan6.com di Denpasar, Senin (11/11/2024).

2 dari 3 halaman

Bertemu Sesama Warga Indonesia

Narendra mengaku bangga bisa umroh dengan usahanya sendiri yaitu dengan bersepeda dari Indonesia. Tak hanya itu yang bisa membuatnya terharu dan senang, rupanya banyak pesepeda lainnya yang juga melakukan umroh dengan menggunakan sepeda dari berbagai negara mulai dari Pakistan, Bangladesh, bahkan ada juga sesama dari Indonesia yakni Majalengka. Dirinya tak henti-hentinya bersyukur bisa tiba dan melaksanakan umroh dengan perjuangannya bersepeda melintasi berbagai negara. 

Saat tiba di Al Aqabah atau tempat pertama tujuan di wilayah di perbatasan Yordania dan Arab Saudi. Di sana ia melakukan persiapan administrasi salah satunya melakukan print visa untuk umroh. Di daerah itu Narendra juga bertemu dengan imam masjid bernama Abu Ibrahim, dari imam masjid itulah banyak bantuan yang diterima oleh Narendra untuk proses umrohnya.

Setelah itu Narendra mengaku menuju Al Juhfah (salah satu tempat miqat (niat mandi dan memakai kain ihram), setelah itu dia menaiki bus dimana sang sopir adalah warga negara Indonesia yang berasal dari Madura bernama Rehal. "Senang karena akhirnya bisa samapai Mekah dan bertemu dengan travelers, bahkan sopir bus berasal dari Indonesia. 182 hari akhirnya tiba dan melaksanakan umroh di sana (Mekah). Setalah sampai di Mekah langsung tawaf, Sa'i, dan Tahallul. Di Mekah saya tinggal 11 hari, lamjut ke ziarah makam Nabi Muhammad SAW selama 12 hari di Madinah, lanjut ke sekolah Indonesia di Jeddah," ungkap dia.

Dirinya menjelaskan, atas undangan salah satu guru (Muhammad Kudevi) di sekolah Indonesia di Jeddah ia akhirnya menyempatkan datang untuk menceritakan pengalamanannya bersepeda hingga ke Tanah Suci Mekah kepada murid-murid di sekolah tersebut. Menurut Narendra dis ekolah tersebut ia bercerita pengalamannya mulai dari berangkat hingga tiba di Mekah beserta dengan kejadian-kejadian yang menimpanya sepanjang perjalanan menggunakan sepeda kayuhnya.

"Saya waktu itu ingin balik ke Yordania tapi visa saya ditolak. Saya putuskan untuk lanjut ke Singapura selama 1 minggu, dan Malaysia 25 hari akhirnya pulang ke Indonesia," ujar dia. 

3 dari 3 halaman

Rogoh Kocek sekitar 30 Juta

Setiba di Indonesia (Jakarta), ia bercerita bertemu dengan rekannya yang bekerja di LPSK dan memutuskan pulang ke kediamannya di Desa Kurung, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Ia mengaku senang akhirnya bisa tiba di rumahnya dan ketemu dengan ibunya lagi. "Hal pertama yang saya lakukan ketika sampai rumah adalah makan. Saya sangat kangen masakan rumah, masakan ibu saya," tutur dia.

Sementara itu, berhasilnya dia melakukan perjalanan jauh menggunakan sepeda menjadikan dia semakin termotivasi untuk menunaikan ibadah umrah dengan cara yang normal yakni dengan menggunakan pesawat dan tiba dengan sesuai jadwal. Hal itu bukan lantaran banyaknya ujian, rintangan dan pengalaman yang tidak mengenakkan selama gowes ke Mekah. Tapi, ia menyebut pengalamannya tersebut untuk memperpanjang silaturahmi teman-temannya di berbagai negara. Perjalananannya kurang lebih 9 bulan itu di[erkirakan menghabiskan kocek USD 2.000 USD.

"Semua orang bisa melakukan silaturahmi dengan cara sederhana, contohnya dengan bersepeda kita bisa ketemu dengan banyak teman dari tempat-tempat yang kita singgahi selama perjalanan kemarin. Saya senang dan puas bisa umrah dengan bersepeda, tetapi harapan ke depan bisa umrah dengan naik pesawat," pungkas dia.