Liputan6.com, Bandung - Penting untuk seluruh kelompok masyarakat memahami berbagai aspek terkait cedera anterior cruciate ligament alias ACL. Alasannya, karena hal ini dapat berdampak signifikan pada kesehatan dan aktivitas sehari-hari.
Mengetahui penyebab cedera ACL membantu dalam mengidentifikasi faktor risiko yang dapat dihindari atau dikurangi, seperti teknik olahraga yang salah atau aktivitas fisik yang berlebihan.
Mengenali tanda-tanda cedera ACL memungkinkan untuk mengambil tindakan segera, seperti konsultasi medis dan penanganan yang tepat, yang dapat meminimalkan kerusakan lebih lanjut pada ligamen dan struktur lutut.
Advertisement
Menurut dokter dari Melinda Hospital Bandung, Muhammad Afif Auliya, cedera ACL adalah kerusakan atau robekan pada ligamen anterior cruciate di lutut.
"ACL adalah salah satu dari dua ligamen utama yang menjaga stabilitas sendi lutut. Ligamen ini terletak di bagian tengah lutut dan berfungsi untuk mencegah tulang paha (femur) dan tulang kering (tibia) bergeser terlalu jauh ke depan atau berputar berlebihan," terang Afif dicuplik di laman Melinda Hospital, (9/11/2024).
Afif menerangkan cedera ACL sering terjadi pada atlet yang terlibat dalam olahraga yang membutuhkan gerakan mendadak, seperti sepak bola, basket, dan ski.
Cedera ini bisa berkisar dari tarikan ringan hingga robekan total ligamen, yang memerlukan perhatian medis dan sering kali pembedahan.
Cedera ACL biasanya disebabkan oleh gerakan yang mendadak atau perubahan arah yang cepat, yang memberikan tekanan berlebihan pada ligamen lutut.
"Beberapa penyebab umum termasuk berhenti mendadak saat berlari, pendaratan yang tidak tepat setelah melompat, dan memutar lutut secara tiba-tiba. Kontak langsung atau benturan keras pada lutut, seperti yang sering terjadi dalam olahraga kontak seperti sepak bola dan rugby, juga dapat menyebabkan cedera ACL," terang Afif.
Selain itu, beberapa faktor risiko meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera ini. Faktor-faktor tersebut meliputi teknik yang tidak tepat dalam berolahraga, kelelahan otot yang mengurangi kemampuan untuk menyerap tekanan, dan ketidakseimbangan kekuatan antara otot paha depan (quadriceps) dan paha belakang (hamstrings).
Afif menegaskan genetika juga dapat memainkan peran, dengan beberapa individu mungkin memiliki kecenderungan bawaan untuk ligamen yang lebih lemah atau anatomi lutut yang lebih rentan terhadap cedera.
Kondisi lingkungan, seperti lapangan yang licin atau permukaan yang tidak rata, juga dapat berkontribusi terhadap risiko cedera ACL.
"Oleh karena itu, memahami dan menghindari faktor-faktor risiko ini sangat penting untuk pencegahan cedera ACL, terutama bagi mereka yang aktif dalam olahraga dan aktivitas fisik intensif," jelas Afif.
Â
Tanda ACL Cedera
Cedera ACL sering kali menunjukkan gejala yang khas yang bisa langsung dirasakan oleh individu yang mengalami cedera tersebut.
Salah satu gejala yang paling umum dilaporkan adalah suara 'pop' atau seperti letupan yang terdengar saat cedera terjadi.
Sensasi ini sering disertai dengan nyeri yang tajam di dalam atau sekitar lutut yang terkena cedera. Pembengkakan di daerah lutut juga muncul dengan cepat, seringkali dalam beberapa jam setelah cedera terjadi, akibat dari peradangan yang terjadi di sekitar ligamen yang rusak.
"Selain itu, ketidakstabilan lutut sering dirasakan oleh individu yang mengalami cedera ACL. Hal ini membuat lutut terasa lemah atau tidak stabil saat mencoba berdiri, berjalan, atau melakukan gerakan lainnya yang membutuhkan dukungan dari sendi lutut," ungkap Afif.
Beberapa orang juga melaporkan adanya keterbatasan dalam rentang gerak lutut mereka, yang dapat membatasi aktivitas sehari-hari dan olahraga.
Gejala ini biasanya memerlukan evaluasi medis segera untuk diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat, baik itu perawatan konservatif atau pembedahan untuk memulihkan fungsi lutut yang optimal.
Dampak yang signifikan pada kesehatan dan fungsi lutut. Ligamen ACL adalah penopang utama dalam menjaga stabilitas sendi lutut, dan cedera pada ligamen ini dapat menyebabkan ketidakstabilan yang serius.
"Salah satu dampak utama adalah terjadinya rasa tidak stabil atau lemah pada lutut yang cedera," sebut Afif.
Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan atau naik tangga, serta membatasi partisipasi dalam olahraga yang memerlukan pergerakan aktif dan gerakan tiba-tiba.
Selain itu, cedera ACL dapat meningkatkan risiko cedera tambahan pada struktur lain di lutut, seperti meniskus atau ligamen lainnya.
Kerusakan ini dapat menyebabkan gejala tambahan seperti nyeri kronis, pembengkakan berulang, dan dalam beberapa kasus, perkembangan osteoarthritis di lutut yang terkena.
"Osteoarthritis adalah kondisi degeneratif yang menyebabkan kerusakan pada tulang rawan sendi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan nyeri yang signifikan dan keterbatasan fungsi lutut secara keseluruhan," beber Afif.
Â
Advertisement
Diagnosis ACL dengan Pemeriksaan Fisik
Afif menegaskan pemeriksaan fisik merupakan langkah awal yang penting dalam proses diagnosis cedera ACL.
Dokter atau spesialis ortopedi akan melakukan serangkaian tes untuk mengevaluasi stabilitas dan integritas ligamen ACL di lutut yang cedera.
Salah satu tes yang umum dilakukan adalah Lachman test, di mana dokter menekuk lutut sedikit dan mencoba menggeser tulang kering ke depan.
"Jika ligamen ACL rusak, akan terasa adanya pergeseran yang tidak normal, yang menunjukkan kelemahan atau ketidakstabilan ligamen. Selain itu, pivot shift test juga dapat dilakukan untuk menilai adanya pergerakan yang abnormal saat lutut dibengkokkan dan ditekuk," ucap Afif.
Dalam pemeriksaan fisik, dokter juga akan memeriksa tanda-tanda pembengkakan di sekitar lutut, serta mengamati apakah terdapat kelemahan atau keterbatasan gerak.
Semua informasi ini membantu dokter untuk membuat diagnosis yang lebih akurat tentang cedera ACL.
Meskipun pemeriksaan fisik memberikan petunjuk penting, seringkali diperlukan tes pencitraan seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk mengonfirmasi diagnosis dan mengevaluasi tingkat kerusakan pada ligamen ACL serta struktur lain di sekitar lutut.
"Dengan kombinasi pemeriksaan fisik yang teliti dan hasil tes pencitraan, dokter dapat merencanakan perawatan yang paling sesuai untuk memulihkan kesehatan lutut pasien," sebut Afif.
Tes pencitraan, terutama MRI (Magnetic Resonance Imaging), merupakan langkah penting dalam diagnosis cedera ACL.
MRI memberikan gambaran detail dari ligamen dan struktur lunak di sekitar lutut, memungkinkan dokter untuk melihat secara langsung kondisi ligamen anterior cruciate (ACL).
Dalam gambar MRI, dokter dapat mengidentifikasi apakah ligamen ACL mengalami robekan sebagian atau total, serta mengukur tingkat kerusakan.
"MRI juga membantu dokter dalam mengevaluasi adanya cedera tambahan pada meniskus, tulang rawan, atau ligamen lain di lutut yang mungkin terjadi bersamaan dengan cedera ACL," tukas Afif.
Selain MRI, Afif menyebutkan kadang-kadang X-ray juga dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan patah tulang atau kerusakan struktural lainnya yang mungkin terjadi bersamaan dengan cedera ACL.
Pencitraan ini memberikan informasi yang penting bagi dokter untuk merencanakan perawatan yang tepat, apakah itu perawatan non-bedah seperti fisioterapi intensif atau melalui pembedahan rekonstruksi ACL.
Dengan hasil tes pencitraan yang akurat, dokter dapat mengambil keputusan yang tepat untuk memulihkan fungsi lutut dan mencegah komplikasi jangka panjang seperti osteoarthritis.
"Pemulihan dari cedera ACL sering memerlukan intervensi medis yang tepat, baik itu perawatan non-bedah seperti fisioterapi intensif untuk memperkuat otot sekitar lutut, atau melalui pembedahan rekonstruksi ACL untuk menggantikan ligamen yang rusak," ungkap Afif.
Dalam kedua kasus, tujuannya adalah untuk mengembalikan stabilitas dan fungsi lutut yang optimal, serta untuk mencegah komplikasi jangka panjang seperti osteoarthritis.
Â
Pencegahan Cedera ACL
Pencegahan cedera ACL menjadi fokus utama dalam upaya untuk menjaga kesehatan atlet, terutama bagi mereka yang terlibat dalam olahraga yang melibatkan gerakan tiba-tiba dan perubahan arah cepat.
Program pencegahan yang efektif mencakup berbagai strategi, termasuk pemanasan yang menyeluruh sebelum latihan atau pertandingan untuk mempersiapkan otot dan sendi, serta latihan kekuatan untuk memperkuat otot-otot di sekitar lutut.
Teknik pelatihan yang benar untuk teknik tubuh yang baik juga penting untuk mengurangi tekanan berlebihan pada ligamen ACL.
"Pencegahan cedera ACL menjadi krusial, terutama bagi atlet dan individu yang aktif secara fisik, karena dapat mengurangi risiko cedera yang serius dan mempengaruhi kualitas hidup mereka," ungkap Afif.
Selain itu, penggunaan peralatan pelindung seperti brace atau penyangga lutut dapat membantu memberikan dukungan tambahan pada sendi lutut.
Edukasi yang baik kepada atlet tentang teknik yang aman dalam olahraga mereka juga kunci dalam mencegah cedera ACL.
Dengan menerapkan pendekatan holistik ini, risiko cedera ACL pada atlet dapat diminimalkan, memungkinkan mereka untuk tetap aktif dan menjaga performa olahraga mereka dengan aman dan efektif.
"Dengan pemahaman yang mendalam tentang cedera ACL dan langkah-langkah pencegahan yang efektif, seseorang dapat menjaga kesehatan lutut mereka dan meminimalkan dampak negatif dari cedera ini terhadap gaya hidup dan aktivitas sehari-hari mereka," tukas Afif.
Namun alangkah lebih baiknya jiga Anda memiliki keluhan atau mendapati ciri yang hampir mirip dengan cedera ACL, maka segera memeriksakan diri ke pusat layanan kesehatan setempat atau dokter dengan segera.
Advertisement