Liputan6.com, Kudus - Debat Cabup dan Cawabup Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Kudus Jawa Tengah bertempat di Hall Hotel Gripta diwarnai kericuhan. Aksi saling dorong dan lempar botol antar-pendukung pasangan calon (paslon), menelan satu korban terluka.
Kericuhan berawal dari berkumpulnya konsentrasi massa pendukung kedua paslon di depan hall lokasi debat. Mereka adalah pendukung yang tidak masuk arena hall karena keterbatasan tempat.
Di halaman tersebut, kedua paslon berbaur tanpa terpisah. Kedua kelompok massa tersebut saling meneriakkan yel-yel dan dukungannya ke paslon masing-masing.
Advertisement
Saat debat Pilkada berjalan selama tiga segmen, situasi masih terkendali dengan penjagaan ketat aparat keamanan gabungan. Massa hanya sahut menyahut yel-yel dukungan. Namun saat debat memasuki segmen keempat, situasi mulai memanas.
Baca Juga
Massa pendukung Paslon nomor 1 maupun nomor 2 yang berada di luar gedung, saling ejek dan memicu kericuhan. Banyaknya massa dibandingkan jumlah aparat keamanan, membuat petugas pontang-panting melerai dua kubu.
Dari pantauan Liputan6.com di lokasi, situasi makin memanas hingga terjadi aksi saling lempar botol dan saling menghujat. Bahkan ada salah seorang anggota ormas yang menjadi salah satu pendukung paslon terluka akibat terkena lemparan botol.
Dalam debat yang digelar oleh KPU Kudus ini, sebenarnya berlangsung damai di dalam ruangan. Sesekali antar pendukung kedua paslon melontarkan ejekan di tengah jalannya debat.
Selama berlangsungnya debat, ratusan pendukung Paslon 01 Samani-Bellinda dan pendukung 02 Hartopo-Mawahib yang tidak bisa masuk hall hotel, berupaya merangsek masuk dan berkerumun di pintu masuk aula hotel.
Ketua KPU Kudus Ahmad Amir Faisol mengatakan, agenda debat Paslon Bupati dan Wakil Bupati Kudus berlangsung lancar. Namun dari catatannya, ada sedikit keributan antar kedua pendukung paslon di luar gedung pertemuan.
“Alhamdulillah teman-teman dari aparat keamanan sigap untuk melerai dari massa kedua pasangan calon,” ujar Faisol.
Untuk mengantisipasi keributan berkepanjangan, kata Faisol, aparat keamanan mengatur akses keluar pasangan calon nomor urut 1 dan 2 demi memisah pendukungnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Cegah Terorisme dengan Sejahterakan Guru
Dalam debat yang berlangsung empat sesi tersebut, ada salah satu persoalan yang menarik dan unik untuk disimak. Yakni terkait aksi penangkapan salah seorang warga Kudus terduga teroris yang ditangkap tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri belum lama ini.
Dalam sesi pertanyaan yang disampaikan panelis, mencuatnya persoalan tersebut menunjukkan bahwa wilayah Kudus masih saja menjadi tempat lalu lintas pelaku aksi terorisme di Indonesia.
Panelis pun mempertanyakan bagaimana langkah kedua Paslon dalam upaya mencegah agar tidak ada lagi warga Kudus yang terlibat dalam jaringan terorisme.
Mendapat giliran pertama merespon pertanyaan panelis, namun jawaban mengejutkan dan unik dilontarkan Cawabup Bellinda Sabrina Putri dari Paslon Nomor Urut 1.
Bellinda mengatakan, bahwa terorisme adalah output atau aksi yang dilakukan oleh orang orang yang berpaham radikalisme. Untuk mencegah aksi terosrime dengan cara menbendung orang-orang yang beridelogi radikalisme itu.
“Untuk membendung radikalisme caranya dari ,lingkungan kita utama keluarga dan orang tua, pendidikan informal dan sekolah dan guru. Jadi disini pemerintah perlu bekerja sama dengan guru di negeri dan swasta untuk menanggulanginya,” ujar Bellinda.
Namun jika guru diberikan beban tambahan untuk ikut menanggulangi pencegahan aksi terorisme di sekolah, Bellinda berharap, kesejahteraan guru ditingkatkan lebih dahulu.
“Jika nantinya kesejahteraan guru cukup, maka peran guru dapat maksimal dalam menanggulangi hal itu (aksi terorisme). Selain itu, perlunya pemerintah membentuk ekosistem positif di lingkungan social di Kudus,” imbuh Cawabup berusia 25 tahun yang berlatar belakang Sarjana Kedokteran ini dengan nada optimis.
Berbeda dengan pandangan Paslon 01, Cawabup Mahawih dari Paslon 02 merespons bahwa penanganan persoalan terorisme membutuhkan peran semuanya tidak hanya peran pemerintah saja. Namun dibutuhkan terutama peran pentahelix dengan penanganan terpadu.
“Memang faktanya aksi terorisme dan radikalisme marak. Persoalan-persoalan yang ada di Kudus itu komplek, sehingga perlu adanya penumbuhan wawasan kebangsaan, pembinaan dan edukasi organisasi kemasyarakatan pemuda di Kudus secara massif,” ujar Mawahib.
Selain itu, kata Mawahib, pencegahan dilakukan sejak usia dini melalui lembaga lembaga pendidikan. Selain itu perlunya mendukung putra local Kudus yakni Abdul Mu’ti yang ditunjuk sebagai Menteri Pendikan Dasar dan Menengah, untuk mengembalikan pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah-sekolah.
( Arief Pramono)
Advertisement