Liputan6.com, Padang - Dalam budaya Minangkabau, pernikahan bukan hanya sekadar acara bersatunya dua insan, melainkan juga sebuah peristiwa adat yang sakral, penuh makna, dan melibatkan seluruh keluarga besar.
Salah satu prosesi penting yang tidak pernah terlewat dalam pernikahan Minang adalah Malam Bainai, yaitu malam terakhir calon pengantin perempuan di rumah sebelum melangsungkan pernikahan.
Baca Juga
Dikutip dari buku Musyair Zainuddin halaman 20, Bainai adalah proses memerahkan kuku pengantin dengan daun inai yang telah dilumatkan.
Advertisement
Setelah acara batimbang tando, biasanya pihak calon marapulai (pengantin pria) dan anak daro (pengantin wanita) akan melakukan prosesi pembuatan inai (bainai) di kuku jari tangan dan kaki. Prosesi ini sebagai pertanda kepada sanak saudara dan teman-teman bahwa mereka telah bertunangan.
Masa pertunangan ini sebaiknya tidak terlalu lama, sesuai dengan pepatah adat: "Karajo baiak indak elok di palalaikan, kok malang ditimpo dek nan buruak" (Musyair Zainuddin, 2013: 21).
Calon Anak Daro, yang merupakan sebutan untuk pengantin wanita, diyakini akan terlindung dari bahaya atau hal-hal buruk lainnya setelah melewati prosesi ini.
Daun pacar merah, yang dikenal di masyarakat Minang sebagai daun inai, menjadi simbol penting dalam tradisi ini, sehingga prosesi ini sering disebut sebagai Malam Bainai.
Namun, tidak semua masyarakat di Sumatera Barat sepenuhnya mempercayai hal ini. Saat ini, banyak yang menganggap Malam Bainai lebih sebagai acara untuk mempercantik kuku calon pengantin wanita, tanpa mengaitkannya dengan kepercayaan akan perlindungan atau keberuntungan.
Sayangnya, masih banyak orang yang belum sepenuhnya memahami atau bahkan tidak mengetahui makna sesungguhnya dari Malam Bainai, khususnya dalam prosesi upacara sebelum pernikahan yang dilaksanakan di Desa Padang Laweh, Kota Batusangkar.
Banyak yang hanya mengetahui bahwa Malam Bainai adalah acara yang dilaksanakan pada malam hari sebelum ijab kabul pada esok harinya.
Selain itu, dalam pelaksanaan acara ini, sering kali terdapat perbedaan pendapat dan ketidakteraturan, yang mengarah pada kesalahpahaman tentang makna asli dari prosesi tersebut.
Sebagian masyarakat pun tidak mengetahui dengan jelas tujuan dan filosofi di balik Malam Bainai itu sendiri.
Â
Â