Liputan6.com, Pariaman - Pariaman, sebuah kota kecil di pesisir Sumatera Barat, memiliki warisan budaya yang begitu khas dan sarat makna. Salah satu tradisi yang paling dinantikan adalah Tabuik, sebuah perayaan tahunan yang penuh dengan simbolisme dan nilai-nilai spiritual.
Dirayakan setiap bulan Muharram, festival ini menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara, serta menjadi ajang refleksi budaya bagi masyarakat setempat.
Baca Juga
Dilansir dari kemenparekraf.go.id, Tabuik telah menjadi sumber kebanggaan bagi masyarakat Kota Pariaman, merayakan warisan budaya yang telah berkembang selama dua abad terakhir.
Advertisement
Kata Tabuik berasal dari Bahasa Arab, yaitu Tabut yang bermakna peti atau kotak kayu, menjadi simbol peringatan terbunuhnya Hasan-Husein pada tanggal 10 Muharam.
Awalnya, Tabuik diselenggarakan oleh anak nagari dalam bentuk Tabuik Adat, tetapi sekarang telah menjadi Tabuik Wisata Pesona Hoyak Tabuik Piaman yang telah diakui oleh Pemerintah Daerah dan termasuk dalam Calender of Event (CoE) Kota Pariaman.
Setiap tahun, event ini digelar selama 15 hari, menjadi jantung kepariwisataan Sumatera Barat, sumber keeratan ikatan budaya, dan kebersamaan masyarakat.
Rangkaian Pesona Hoyak Tabuik dimulai dengan Prosesi Mambiak Tanah, Manabang Batang Pisang, Maatam dan Maradai, Maarak Jari-Jari, Maarak Saroban, Tabuik Naik Pangkek, Mahoyak Tabuik dan diakhiri dengan Tabuik dibuang ka Lauik di Pantai Gandoriah.
Selain menjadi destinasi unggulan Kota Pariaman, pantai ini juga memiliki makna historis sebagai tempat pelarungan tabuik setiap tahunnya.
Selama event berlangsung, pengunjung akan menikmati bazar ekraf, atraksi kesenian dan kebudayaan, lomba kesenian tradisional, talkshow tentang kesenian dan kebudayaan, serta berbagai pertunjukan lainnya.
Tabuik bukan hanya sebuah festival, tetapi juga rangkaian ritual yang melibatkan seluruh elemen masyarakat dengan setiap tahapan yang sarat makna simbolis dan dilaksanakan dengan penuh khidmat.
Dimulai dengan pembuatan Tabuik, replika peti jenazah berbentuk menara yang dihias dengan ornamen tradisional, warna cerah, dan replika burung buraq, proses ini membutuhkan keterampilan tinggi dan melibatkan banyak pihak selama seminggu penuh.
Tahapan berikutnya adalah Maambiak Tanah, di mana tanah diambil dari lokasi sakral sebagai simbol penghormatan terhadap peristiwa Karbala, diiringi doa dan alunan musik gandang tasa yang menciptakan suasana sakral.
Selanjutnya, Hoyak Tabuik, sebagai puncak acara, menghadirkan arak-arakan Tabuik megah yang diarak keliling kota dengan iringan musik dan sorak-sorai masyarakat, menggambarkan kegembiraan yang berpadu dengan nilai spiritualitas.
Prosesi diakhiri dengan pelarungan Tabuik ke laut, yang melambangkan pelepasan duka dan doa untuk kedamaian jiwa Imam Hussein, di mana momen ini dipercaya membawa berkah dan selalu dipadati pengunjung di pantai.
Â