Liputan6.com, Yogyakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyebut ada tiga program yang dijalankan Kementerian Perdagangan mendorong pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) naik kelas. Salah satunya memperkuat pasar domestik dengan membanjiri pasar dengan produk UMKM melalui pasar loka (e-commerce) maupun pusat-pusat retail.
Hari ini, Senin (25/11/2024), Mendag Budi Santoso melepas ekspor aneka berbagai produk kerajinan senilai Rp2 miliar milik PT Out Of Asia di Kecamatan Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ke pasar Amerika, Eropa dan Timur Tengah. “Pola kemitraan dan berkolaborasi dengan UMKM yang dilakukan PT Out Of Asia untuk memenuhi ekspor ini sejalan dengan konsep Kemendag dalam menaikan kelas UMKM,” katanya.
Advertisement
Baca Juga
Tiga program yang tengah dijalankan jajarannya, pertama mengamankan dan memperkuat pasar dalam negeri yang sangat luas. Sehingga menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan memenuhi suplainya. Bekerja sama dengan pasar lokal dan retail, Kemendag akan mendorong produk-produk UMKM ini bisa disebar luaskan. Dengan memiliki produk yang bagus dan berdaya saing, maka pasar dalam negeri tidak akan kalah dengan produk impor.
Kedua memperluas pasar ekspor ke banyak negara yang selama 54 bulan terakhir nilainya surplus. Upaya meningkatkan pasar baru ini, pemerintah akan membuat perjanjian perdagangan dengan banyak negara. Dengan kehadiran pasar ekspor baru, diharapkan tidak hanya perusahaan besar-besar saja bermain namun pelaku UMKM bisa mencicipi kue ekspor. Baik ekspor langsung maupun berkolaborasi dengan berbagai perusahan untuk menggarap 40 negara yang sudah memiliki perwakilan perdagangan Indonesia.
“Ketiga adalah adalah menyediakan pelatihan-pelatihan kepada pelaku UMKM yang belum mengetahui tata cara ekspor. Di sini nantinya Kemendag juga akan mengkurasi kualitas produk, ketersediaan produk sampai manajemen yang memenuhi kriteria ekspor,” ucapnya.
Mendag Budi menilai program ketiga sangatlah penting untuk diperluas karena kebanyakan pelaku UMKM sekarang ini hanya mampu memenuhi kebutuhan ekspor sekali saja. Untuk berikutnya tidak mampu memenuhi karena kendala modal hingga ketersediaan barang.
Dari 60 jutaan pelaku UMKM yang tercatat di Kemendag, Budi menyebut hanya sekitar 3,47 persen saja yang memenuhi rasio berkelanjutan ekspor. Disebutnya rata-rata UMKM didirikan bersifat memenuhi kebutuhan hidup atau survival, mereka kemudian mati dan hidup lagi. “Nah itu nantinya yang kita kurasi. Jangan sampai barangnya bagus, tapi juga bisa pesan sekali. Mau pesan berikutnya tidak bisa,” jelasnya.
Presiden Direktur Out Of Asia, Handaka Santosa menyebut produk yang diekspornya bukan hanya kerajinan saja. Namun juga symbol, semangat dan kreativitas perajin lokal. “Kami berkolaborasi dengan komunitas pengrajin lokal di berbagai daerah. Kami juga memberikan pelatihan, dukungan teknologi, dan pendampingan bisnis untuk memastikan produk yang dihasilkan memenuhi kebutuhan pasar modern tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional,” tutupnya.