Sukses

Trauma Tragedi Banjir Lumpuhkan Pantura, PUPR Bangun Kolam Retensi di Kudus Rp370 Miliar

Kucuran dana Rp370 miliar yang bersumber dari APBN tahun anggaran 2024 itu, untuk pembangunan kolam retensi yang berada di pinggir sungai perbatasan Kudus-Demak

Liputan6.com, Kudus - Bencana banjir tahunan yang sempat menenggelamkan lima wilayah di Kabupaten Kudus Jawa Tengah saat memasuki musim penghujan, diharapkan tidak terjadi kembali pada akhir tahun ini.

Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) pun menggelontorkan dana Rp370 miliar, untuk menanggulangi bencana banjir di kabupaten setempat.

Penanganan banjir di wilayah setempat memang menjadi prioritas utama. Bahkan bencana banjir sempat membuat putus lalu lintas ruas Pantura Kudus-Demak hingga sebulan lebih pada awal Februari 2024 lalu.

Kucuran dana Rp370 miliar yang bersumber dari APBN tahun anggaran 2024 itu, untuk pembangunan kolam retensi yang berada di pinggir sungai perbatasan Kudus-Demak.

Selain kolam retensi, ratusan miliar anggaran juga untuk pengadaan 5 unit pompa berskala besar, pembangunan tanggul, pembangunan rumah pompa dan infrastruktur pendukung lainnya.

Mendekati deadline pengerjaan megaproyek hingga akhir tahun 2024, Penjabat (PJ) Bupati Kudus Hasan pun terus memonitor proyek yang berlokasi di Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kudus.

Dari hasil pantauan yang dilakukan Minggu (24/11/2024), pengerjaan proyek tersebut sudah mencapai 90 persen. Diharapkan akhir Desember tahun 2024, proyek yang didanai Kementerian PUPR segera tuntas.

“Diharapkan keberadaan kolam retensi ini bisa menampung atau mengalirkan air bervolume besar yang kerap menggenangi di wilayah Jati Kudus,” ujar Hasan Hasbi kepada Liputan6.com.

Tak hanya proyek kolam retensi, Hasan juga memonitor progres pembangunan rumah pompa berskala besar di Dukuh Tanggulangin, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati.

Keberadaan lima unit pompa itu, nantinya untuk menyedot dan mengalirkan banjir di wilayah Jati ke Sungai Wulan yang berada diperbatasan Kabupaten Kudus dan Demak.

Hasan menyebut, sebanyak lima unit pompa sudah didatangkan ke Kudus. Perinciannya 3 unit pompa berskala 1.500 meter perdetik dan 2 unit pompa berskala 500 meter per detik. Untuk pengoperasian pompa itu menunggu pasokan listrik dari PT PLN.

“Insyaallah akhir Desember 2024 pompa-pompa itu sudah bisa difungsikan. Kalau ada genangan-genangan air, bisa segera disedot dan dialirkan ke Sungai Wulan dan bisa meminimalisir kondisi genangan air,” terang Hasan.

Hasan mengaku telah menyiapkan langkah preventif agar Kudus tidak kembali dilanda bencana banjir. Apalagi saat ini memasuki musim penghujan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Efektivitas Kolam Retensi

Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Pembangunan Kolam Retensi dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana, Fuad menambahkan, kolam retensi segera beroperasi pada 31 Desember 2024. Yakni sesuai kontrak yang telah ditetapkan.

Ia memaparkan, luasan area kolam retensi ini mencapai 5 hektar dan berkapasitas 200.000 meter kubik. Pembangunannya dirancang untuk menampung aliran air dari kawasan seluas 7 kilometer persegi.

Dari bencana banjir yang terjadi beberapa tahun terakhir di perbatasan Kudus dan Demak, kata Fuad, tentunya berdampak genangan-genangan air di sejumlah titik lokasi.

Menurut Fuad, genangan banjir tersebut telah diperhitungkan dengan cermat oleh pihak BBWS Pemali Juwana. Diharapkan genangan banjir bisa masuk ke kolam retensi saat musim hujan terjadi di wilayah Kecamatan Jati.

Fuad menegaskan, keberadaan lima unit pompa tersebut tidak terpengaruh oleh muka air atau elevasi dari Sungai Wulan.

“Kapanpun bisa dioperasikan tanpa terpengaruh muka air Sungai Wulan. Jadi genangan air bisa langsung masuk kolam retensi tanpa menunggu debit Sungai Wulan turun,” tukasnya.

Pihak BBWS Pemali Juwana juga telah menyiapkan dua pintu air di dekat jembatan dan hulu. Saat kondisi debit air Sungai Wulan rendah, maka pompa tidak diaktifkan dan air bisa langsung melalui pintu.

“Namun saat elevasi Sungai Wulan tinggi, maka pintu ditutup dan pompa diaktifkan. Jadi semua elevasi ari drainase, semuanya terbuang ke kolam retensi,” pungkasnya.

( Arief Pramono)