Liputan6.com, Blora - Enthung jati merupakan kuliner ekstrem yang bisa ditemukan di beberapa wilayah Indonesia, seperti Gunungkidul, Bojonegoro, dan Blora. Kuliner ini dibuat dari kepompong ulat yang ada di pohon jati.
Mengutip dari cimahikota.go.id, kepompong ulat jati banyak dijumpai di daerah-daerah perkebunan pohon jati, khususnya pada November dan Desember. Penggunaan bahan yang tak biasa membuat kuliner ini digolongkan ke dalam kuliner ekstrem.
Ulat jati umumnya disebut dengan nama lokal enthung atau ungker. Sesuai namanya, habitat asli enthung ada di perkebunan Jati.
Advertisement
Baca Juga
Enthung memiliki ciri fisik berwarna cokelat hingga cokelat tua kehitam-hitaman. Panjang badannya sekitar 1,4 hingga 1,9 cm dengan berat rata-rata 0,7 hingga 1,3 mg.
Ulat jati akan menyerang pohon-pohon jati yang baru bertunas pada awal musim hujan. Ulat dan kupunya bahkan dapat dijumpai dalam jumlah besar pada 4 hingga 6 minggu pertama di musim hujan.
Serangan ulat jati dapat menurunkan potensi tiap pohon dan meningkatkan resiko kematian pohon jati muda. Ulat akan memakan daun-daun pohon jati yang berfungsi dalam proses fotosintesis, proses yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman.
Daun yang dimakan ulat adalah daun-daun produksi pertama setelah sebelumnya tanaman meranggas. Dengan adanya serangan ulat, periode efektif fotosintesis pohon pun menjadi berkurang.
Setelah memasuki musim penghujan, ulat akan berubah menjadi kepompong atau enthung. Kepompong yang berukuran sekitar 2 hingga 4 cm akan berjatuhan dari daun-daun jati yang rontok. Ratusan ulat jati ini merupakan siklus tahunan saat musim hijan, biasanya terjadi hingga tiga pekan.
Umumnya, enthung dikonsumsi sebagai sumber protein hewani, sehingga masyarakat setempat mengolahnya menjadi lauk sehari-hari.
Selain dapat mengirit pengeluaran, enthung juga memiliki kandungan nutrisi yang cukup banyak, seperti protein, mineral, vitamin, lemak, dan karbohidrat. Mereka juga meyakini bahwa menyantap enthung dapat membantu menghilangkan nyeri pegal linu dan alergi pada kulit.
Tak hanya dikonsumsi untuk pribadi, enthung juga telah menjadi sumber penghasilan penduduk setempat. Masyarakat di daerah penghasil enthung mengemas kepompong dalam ukuran 100 gram dan 1 kilogram. Untuk 100 gram enthung dijual seharga Rp10.000, sedangkan ukuran 1 kilogram dijual seharga Rp100.000.
Enthung jati umumnya diolah dengan menambahkan rempah-rempah. Sebelum dimasak, enthung dicuci hingga bersih, kemudian direbus hingga matang.
Tingkat kematangan enthung dilihat dari perubahan warnanya yang awalnya hitam kecokelatan menjadi merah kecoklatan. Salah satu olahan enthung paling umum adalah dengan ditumis.
Tumis enthung jati menawarkan rasa gurih dengan tekstur renyah. Selain ditumis, enthung juga bisa diolah menjadi aneka sayur hingga lauk, mulai dari sayur lodeh, sayur asem, balado, rempeyek, keripik, hingga rica-rica.
Â
Penulis: Resla