Liputan6.com, Palembang - Ketahanan pangan yang dipengaruhi perubahan iklim menjadi salah satu fokus utama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) yang terus disosialisasikan. Salah satu sosialisasi dalam bentuk edukasi dalam ketahanan pangan, akan dilakukan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Sumsel bersama ICRAF Indonesia.
Dalam waktu dekat, Disdik Sumsel akan memasukkan pangan lokal ke dalam kurikulum sekolah di Sumsel, untuk mendukung ketahanan pangan serta menyikapi perubahan iklim di 17 kabupaten/kota di Sumsel. Muatan lokal (mulok) baru tersebut akan dihadirkan, untuk mengedukasi generasi muda yang dinilai kurang akrab dengan jenis-jenis pangan lokal di Sumsel dan manfaatnya apa. Hal tersebut diungkapkan Pelaksana tugas (Plt) Kepala Disdik Sumsel Awaluddin dalam acara Kick-Off Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim' Provinsi Sumsel, di Hotel Beston Palembang, Selasa (3/12/2024).
Menurutnya, ada banyak pangan lokal yang bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Namun para generasi muda belum banyak mengetahui apa saja pangan lokal yang ada di Sumsel yang bisa dimanfaatkan. "Padahal di lingkungan kita sebetulnya banyak pangan lokal yang dapat dimanfaatkan. Seperti gandum, yang bisa diolah dengan benar menjadi salah satu pangan, ini hanya contoh kecil saja,” ujarnya.
Advertisement
Baca Juga
Dengan memahami apa saja pangan lokal di Sumsel, diharapkan bisa membuat generasi muda mengetahu apa antisipasi dari perubahan iklim yang terjadi. Kemampuan dan literasi tentang perubahan iklim tersebut, menjadikan mulok di sekolah sangat bermanfaat ke depannya.
Pada Oktober 2024 lalu, Disdik Sumsel sudah membentuk tim pengembang, tim teknis kurikulum mulok 'Pengembangan Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim'. Para anggota timnya yakni pejabat dinas, guru penggerak dan peneliti ICRAF Indonesia.
Melalui tim pengembangan kurikulum Disdik Sumsel, saat ini proses penyusunan mulok pangan lokal tersebut akan diimpementasikan secara bertaha ke beberapa sekolah pilit. “Akan dicoba dulu ke beberapa sekolah percobaan, untuk mendapatkan feedback yang digunakan untuk penyempurnaan kurikulum pangan lokal di Sumsel,” ungkapnya.
Jika penerapan mulok pangan lokal tersebut berdampak positif, Awaluddin melanjutkan, seluruh sekolah di Sumsel akan langsung mendapatkan pengajaran tentang kurikulum mulok baru tersebut. “Saat ini masuk pengusulan kurikulum dan langsung upaya pengembangan bahan ajar mulok pangan lokal. Lalu ketika dipandang sudah cukup dan siap maka akan langsung dilaksanakan,” ucapnya.
Diakuinya, satuan pendidikan tidak berdiri di ruang hampa, tetapi bertumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Apalagi mulok pangan lokal tersebut mempunyai nilai dan kearifan lokal.
7 Langkah Penerapan
Direktur ICRAF Program Indonesia Andree Ekadinata berujar, keragaman pangan Sumsel sangat tinggi. ICRAF Indonesia ingin mendukung upaya Disdik Sumsel untuk mengenalkan pangan lokal kepada generasi muda dalam gerakan mendukung ketahanan iklim. "Kerja sama Disdik Sumsel dengan ICRAF Indonesia adalah bagian dari kegiatan riset-aksi Land4Lives yang disokong oleh pemerintah Kanada. Kegiatan ini dirancang untuk membantu masyarakat dalam melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim," ungkapnya.
Balgies Devi Fortuna, peneliti ICRAF Indonesia yang masuk dalam tim pengembang mengungkapkan, inisiatif kurikulum mulok pangan lokal untuk ketahanan iklim sudah dimulai di dua provinsi tempat kegiatan Land4Lives, yakni di Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Saat ini, proses pembelajaran kurikulum mulok pangan lokal dalam tahan uji coba di sejumlah sekolah tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Untuk Sumsel, karena sasarannya siswa SMA, kurikulumnya dirancang lebih maju dan disesuaikan dengan kebutuhan remaja usia SMA,” katanya.
Ada tujuh langkah mulok pangan lokal yang akan diterapkan, yakni penguatan pemahaman bersama, identifikasi kebutuhan dan konteks, penyusunan kurikulum, pengembangan bahan ajar, uji coba kurikulum dan bahan ajar di sekolah contoh, evaluasi bersama dan konsultasi publik, pengesahan dan implementasi. "Saat ini baru tahap pertama dan kedua. Nanti kurikulum ini akan diuji coba dan dievaluasi terlebih dahulu untuk melihat kecocokan implementasinya di Sumsel,” ucapnya.
Advertisement