Liputan6.com, Solo - Budaya dan tradisi di Kota Solo telah menjadi warisan turun temurun. Salah satu warisan sejarah yang ada di Kota Budaya ini adalah rumah ibadah Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan.
Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan berlokasi di Jalan Arifin No. 1, Kampung Baru, Pasar Kliwon, Surakarta. Gereja ini merupakan gereja Katolik pertama di Solo.
Gereja yang didirikan pada November 1916 ini memiliki perjalanan yang cukup panjang. Mengutip dari surakarta.go.id, pendirian gereja ini berawal dari misi penyebaran agama Katolik oleh bangsa Belanda di Pulau Jawa.
Advertisement
Baca Juga
Adalah Lambertus Prisen yang merupakan seorang imam. Ia bersama tiga imam lainnya berhasil menarik 59 orang untuk menjadi umat Katolik.
Saat itu, Solo baru menjadi bagian resmi dari Paroki Ambarawa pada 1896. Sebelumnya, kota ini belum memiliki status stasi tetap.
Pada 29 Oktober 1905, proses pembangunan gereja dimulai. Pembangunan rumah ibadah ini atas prakarsa Pastor Stiphout SJ yang saat itu bertugas di Paroki Ambarawa.
Adapun pendanaan pembangunannya diperoleh dari penjualan undian berhadiah dan bantuan dana dari Belanda. Pada November 1916, gereja ini resmi berdiri. Adapun Pastor Stiphout menjadi pastor pertama.
Gereja Santo Antonius Purbayan tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, melainkan juga saksi peristiwa yang penuh nilai sejarah.
Pada 1949, gereja ini menjadi tempat baptis salah satu pahlawan nasional Indonesia, Brigadir Jenderal Slamet Riyadi. Ia diberi nama baptis Ignatius.
Terkait bangunannya, gereja ini memiliki bentuk bangunan yang cukup unik. Gaya arsitekturnya memadukan gaya kolonial Belanda dengan sentuhan tradisional Jawa.
Salah satu ciri khas bangunnya terletak pada atap joglo. Bentuk tersebut dikenal sebagai karakteristik arsitektur Jawa.
Adopun bagian jendela dan pintu Gereja Santo Antonius Purbayan memiliki gaya ala arsitektur gothic. Gaya tersebut mencerminkan integrasi antara budaya lokal dengan pengaruh barat. Hingga kini, gereka katolik tertua di Solo ini masih berfungsi sebagaimana mestinya.
Â
Penulis: Resla