Liputan6.com, Yogykarta - Psikolog klinis dari FKKMK UGM Restu Tri Handoyo memberikan tanda - tanda hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship. Ia mengatakan dampak dari toxic relationship ini dapat berdampak seperti rendahnya rasa percaya diri, depresi, hingga isolasi sosial sehingga perlu mengetahui tanda-tandanya.
"Toxic relationship itu ada tanda-tandanya. Dimulai dari perasaan bersalah, konflik tanpa solusi, dan kehilangan independensi,” katanya dalam Seminar bertajuk “Toxic No More: Membangun Hubungan Tanpa Luka”. Acara yang berlangsung pada Jumat 29 November 2024.
Restu mengatakan untuk mendukung kesejahteraan mental maka relasi yang sehat sangat perlu. Bahkan relasi yang positif ini dapat memberikan dukungan emosional, mendorong pertumbuhan, dan kebahagiaan.
Advertisement
Baca Juga
“Hubungan sehat dibangun dengan cara saling menghormati, mendukung, dan menjaga keseimbangan," katanya soal toxic relationship.
Direktur Yayasan Pulih, Livia Iskandar, menyampaikan data bahwa 1 dari 4 perempuan Indonesia pernah mengalami kekerasan seksual dan sebagian besar korban tidak melapor karena ada victim blaming, biasanya pelaku adalah orang terdekat, atau adanya ancaman dari pelaku.
Fakta ini, membuat Livia ingin agar seluruh pihak untuk menguatkan perempuan yang menjadi korban kekerasan dengan memberikan dukungan psikologis, medis, hingga hukum.
Seminar kolaborasi antara Satuan Tugas Pencegahan & Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) Universitas Gadjah Mada bersama dengan Institut Français Indonesia (IFI) Yogyakarta dan Biro Pelayanan Kesehatan Terpadu (BPKT) UGM bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan terhadap korban kekerasan. Disamping memberikan kesadaran bagi masyarakat untuk selalu memberikan dukungan bahwa setiap orang tidak pernah berjalan sendirian, menciptakan masyarakat yang empatik, berdaya, dan bebas dari kekerasan.
Dosen dan Peneliti Kajian Budaya dan Media SPs UGM, Ratna Noviani, menjelaskan soal jebakan toxic relationship yang banyak dipraktekkan melalui media sosial. Media seringkali menggambarkan hubungan toksik secara romantis, yang utamanya adalah manipulasi.
“Kita harus menyadari adanya kekerasan di media sosial. Seperti doxing dan praktik dominasi. Sehingga kita perlu meningkatkan literasi digital agar terhindar dari jebakan relasi tidak sehat yang sering muncul di dunia maya," jelasnya.