Sukses

Sumsel Darurat Stunting, Jumlah Balita Kurang Gizi Melonjak hingga 6 Ribuan Anak

Ada lebih dari 6.000 orang balita di Sumsel yang mengalami gizi buruk atau stunting, sehingga Sumsel masuk dalam daerah darurat stunting.

Liputan6.com, Palembang - Sebagai daerah penghasil lumbung pangan, ternyata masih banyak anak-anak di Sumatera Selatan (Sumsel) yang masih kekurangan gizi atau stunting. Bahkan angkanya meningkat dari tahun ke tahun.

Dari data aplikasi e-PPGBM Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel per Oktober 2024 lalu, ada sebanyak 6.092 orang balita yang mengalami stunting atau gizi buruk. Angka tersebut meningkat cukup tajam dibandingkan tahun lalu dan menjadikan Sumsel sebagai daerah darurat stunting.

Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI), prevalensi stunting di Sumsel sempat menurun dari tahun 2021 sebanyak 24,8 persen menjadi 18,6 persen. Namun di tahun 2023, jumlahnya melonjak 1,7 persen menjadi 20,3 persen.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumsel mempunyai langkah strategis, untuk menurunkan angka stunting hingga 14 persen hingga akhir Desember 2024 mendatang.

BKKBN Sumsel meluncurkan program Orangtua Asuh, yang bertujuan memberikan bantuan serta pendampingan kepada keluarga yang memiliki risiko stunting, atau balita yang sudah terdampak stunting.

Diungkapkan Kepala BKKBN Sumsel Mediheryanto, program Orangtua Asuh akan merangkul 35.000 orang relawan yang berasal dari instansi pemerintah maupun swasta, yang berasal dari 17 kabupaten/kota di Sumsel.

“Fungsi orangtua asuh untuk memberikan bantuan berupa vitamin, makanan bergizi, dan melakukan monitoring perkembangan keluarga dengan risiko stunting selama tiga bulan,” katanya, Jumat (6/12/2024).

Dari program Orangtua Asuh tersebut, para balita yang disasar akan mendapatkan bantuan berupa makanan tambahan seperti telur, anggaran Rp15.000 per anak/hari selama tiga bulan lamanya.

Setelah tiga bulan tersebut, akan dilakukan evaluasi untuk menilai efektivitas bantuan. Jika tidak ada perkembangan signifikan, akan dilakukan evaluasi mendalam untuk memperbaiki strategi pendampingan ibu hamil dan balita stunting.

Mediheryanto berujar, program Orangtua Asuh tersebut akan menekankan pendekatan gotong royong, dengan melibatkan pemerintah daerah, sektor swasta dan masyarakat di Sumsel.

“Kami berharap komitmen semua pihak, terutama kepala daerah, agar program ini dapat berjalan maksimal,” ungkapnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Program Orangtua Asuh

Dia juga mengimbau kepada masyarakat di Sumsel, agar bisa lebih sadar betapa pentingnya pemenuhan gizi seimbang, terutama untuk ibu hamil dan balita.

Dengan kesadaran yang baik, angka stunting di Sumsel dapat ditekan secara signifikan yang juga mewujudkan pencapaian target nasional..

BKKBN Sumsel juga berharap dengan program Orangtua Asuh, masyarakat di Sumsel dapat lebih memahami dampak buruk stunting terhadap masa depan anak.

“Jika kita bekerja bersama dan berkomitmen penuh, masalah stunting yang mengancam generasi masa depan dapat diatasi,” ujarnya.

Menurutnya, program Orangtua Asuh tersebut bisa menjadi harapan baru bagi Sumsel untuk mengatasi permasalahan stunting yang terus menjadi tantangan. Di mana, keberhasilan program Orangtua Asuh bergantung pada kolaborasi aktif semua pihak, agar bisa mewujudkan generasi sehat dan produktif di masa depan.