Liputan6.com, Jakarta - Batik Simbut adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia yang berasal dari Suku Baduy, sebuah komunitas adat yang mendiami kawasan Pegunungan Kendeng, Kabupaten Lebak, Banten.
Batik Simbut memiliki keunikan tersendiri yang tidak hanya terlihat dari motifnya, tetapi juga dari filosofi mendalam yang terkandung di dalamnya. Nama Simbut sendiri berasal dari bentuk motif yang menyerupai daun talas atau keladi.
Dalam kepercayaan masyarakat Baduy melambangkan kehidupan yang selaras dengan alam. Motif ini menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, mencerminkan prinsip hidup masyarakat Baduy yang menghormati dan menjaga keseimbangan alam.
Advertisement
Baca Juga
Proses pembuatan Batik Simbut sangatlah khas, karena setiap tahapannya dilakukan dengan cara tradisional dan menggunakan bahan-bahan alami. Pewarna yang digunakan berasal dari tumbuhan sekitar, seperti daun, akar, dan kulit kayu, yang menghasilkan warna-warna alami seperti cokelat, hitam, dan kuning.
Teknik pembuatan batiknya pun unik, karena tidak semua pengrajin menggunakan canting seperti pada batik Jawa. Beberapa motif Simbut dibuat dengan metode cap sederhana, sesuai dengan tradisi masyarakat Baduy yang lebih mengutamakan kesederhanaan dan fungsi praktis.
Hal ini menjadikan Batik Simbut sebagai salah satu warisan budaya yang sangat otentik dan memiliki nilai ekologis tinggi. Keindahan Batik Simbut tidak hanya terletak pada motifnya yang sederhana namun memikat, tetapi juga pada makna simbolisnya.
Motif daun talas, misalnya, tidak hanya sekadar hiasan, tetapi juga memiliki makna mendalam sebagai simbol ketahanan dan keberlanjutan.
Warisan Leluhur
Daun talas dikenal sebagai tumbuhan yang mampu bertahan di berbagai kondisi lingkungan, mencerminkan semangat masyarakat Baduy yang tangguh dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Filosofi ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Baduy yang tetap menjaga tradisi leluhur meskipun berada di tengah arus modernisasi.
Di tengah maraknya globalisasi dan modernisasi, keberadaan Batik Simbut menjadi salah satu bentuk perlawanan budaya masyarakat Baduy terhadap homogenisasi budaya.
Dengan tetap memproduksi dan melestarikan batik ini, mereka tidak hanya menjaga identitas budaya mereka, tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai kearifan lokal kepada dunia luar.
Batik Simbut kini mulai menarik perhatian masyarakat luas, baik di tingkat nasional maupun internasional, sebagai produk budaya yang sarat akan nilai-nilai spiritual, ekologis, dan estetika.
Namun, tantangan dalam pelestarian Batik Simbut tidaklah sedikit. Modernisasi dan komersialisasi sering kali menjadi ancaman bagi keaslian proses pembuatannya.
Oleh karena itu, upaya pelestarian Batik Simbut memerlukan kerja sama berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat adat, dan pecinta budaya, agar warisan ini tetap hidup dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
Dengan melestarikan Batik Simbut, kita tidak hanya menjaga salah satu aset budaya nusantara, tetapi juga turut mendukung keberlanjutan lingkungan dan warisan leluhur yang penuh makna.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement