Sukses

Kenali Penyebab dan Dampak Trust Issue, Simak Penjelasan Psikolog

Trust issue, atau masalah kepercayaan, sering menjadi topik penting dalam pembahasan kesehatan mental dan dinamika hubungan. Kondisi ini dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan personal, profesional, dan sosial.

Liputan6.com, Gunungkidul - Istilah trust issue atau masalah kepercayaan sering kali muncul dalam pembahasan kesehatan mental, hubungan interpersonal, dan dinamika sosial. Trust issue merujuk pada kesulitan seseorang untuk mempercayai orang lain atau situasi tertentu, biasanya akibat pengalaman negatif di masa lalu.

Hal ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan personal, profesional, dan sosial. Menurut Dr. Ida Rochmawati, seorang ahli psikologi yang berbicara dalam sebuah seminar di Gunungkidul, Yogyakarta, menjelaskan bahwa trust issue sering menjadi penghalang dalam membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung. “Trust issue bukan hanya tentang rasa curiga, tetapi juga merupakan refleksi dari luka yang mendalam akibat pengalaman-pengalaman yang mengecewakan,” ungkapnya.

Ida menjelaskan bahwa penyebab utama Trust Issue ada beberapa hal, seperti Ketika seseorang pernah dikhianati, baik dalam hubungan asmara, persahabatan, maupun pekerjaan, mereka cenderung menjadi lebih berhati-hati dan sulit percaya di masa depan atau Pengalaman Pengkhianatan.

Hal lain juga dipengaruhi trauma masa lalu seperti trauma akibat pelecehan emosional, fisik, atau psikologis sering kali menciptakan rasa tidak aman yang mendalam dan berpengaruh pada pola pikir seseorang. Bahkan, Ketidakstabilan dilingkungan keluarga yang penuh konflik, seperti perceraian, perselingkuhan, atau komunikasi yang buruk, dapat membentuk pandangan negatif tentang kepercayaan.

Yang terakhir Kekecewaan Berulang dimana seseorang mempunyai pengalaman yang terus-menerus mengecewakan sering kali membuat seseorang skeptis terhadap niat baik orang lain. “Itu adalah ciri ciri orang yang mengalami Tust Issu, kebanyakan terjadi pada usia diatas 40 tahun,” kata dia.

Ida juga memaparkan bahwa masalah kepercayaan dapat dikenali melalui beberapa tanda tanda seperti  Kesulitan membuka diri kepada orang lain, Selalu merasa curiga terhadap motif orang lain, menghindari komitmen dalam hubungan atau pekerjaan, mudah merasa cemas dan sering overthinking tentang hubungan, dan Cenderung mengontrol atau memonitor pasangan atau rekan kerja.

Dampak Trust Issue

Ida juga menerangkan tentang Trust issue dapat berdampak luas pada kehidupan seseorang seperti Kesulitan membangun hubungan yang sehat dapat menyebabkan konflik dalam hubungan romantis, persahabatan, atau keluarga. Ketidakpercayaan yang terus-menerus berpotensi memicu stres, kecemasan, bahkan depresi.

“kalau didunia kerja, trust issue dapat menghambat kolaborasi, menurunkan produktivitas, dan menciptakan suasana kerja yang tidak harmonis. Selain itu, Ketidakpercayaan sering kali membuat seseorang menarik diri dari interaksi sosial, yang dapat menyebabkan rasa kesepian dan keterasingan,” jelas Ida.

Cara Mengatasi 

Ida memberikan beberapa tips untuk membantu mengatasi masalah kepercayaan dengan berbagai cara seperti Kenali dan Akui Masalah, terapi atau Konseling, bangun Kepercayaan Secara Bertahap, Komunikasi yang Terbuka, dan Praktikkan Self-Compassion. “Intinya pada maafkan diri sendiri atas rasa takut yang dirasakan dan fokus pada pertumbuhan diri, serta hilangkan berbagai hal yang mengganggu pikiran,” Ulasnya.

Ida menambahkan bahwa trust issue adalah kondisi yang dapat menghambat kualitas hidup seseorang. Namun, dengan kesadaran, usaha, dan dukungan yang tepat, masalah ini bisa diatasi. “Membangun kembali kepercayaan adalah proses yang membutuhkan waktu, tetapi itu adalah langkah penting untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat dan bahagia,” tutupnya.

Dr. Ida Rochmawati, M.Sc., Sp.KJ(K), adalah dokter spesialis kedokteran jiwa yang berpraktik di RSUD Wonosari dan RS PKU Muhammadiyah Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Ia memiliki keahlian dalam menangani kasus depresi, kecemasan, dan trauma. Serta aktif dalam pencegahan bunuh diri di Gunungkidul dan telah menulis buku "Nglalu: Melihat Fenomena Bunuh Diri dengan Mata Hati”.

Video Terkini