Liputan6.com, Semarang - Kongres XXVI Kowani 2024 memilih Nannie Hadi Tjahjanto sebagai Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) masa bakti 2024-2029.Â
Nannie Hadi Tjahjanto mengungguli kandidat lainnya, yakni Prof. Dr. Masyitoh Chusnan dan DR Marlinda Irwanti Poernomo dengan dukungan 108 federasi perempuan sebagai anggota Kowani.Â
Baca Juga
Nannie adalah istri Menko Polhukam era Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Ia didampingi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Tantri Dyah Kiranadewi, seorang aktivis perempuan global. Sebelumnya Tantei adalah Ketua Hubungan Luar Negeri hingga sebagai Coordinator Of Side Event CSW 67 UN, New York, USA dan Delegates of W20 G20 Presidency Brazil.Â
Advertisement
Dalam pidato kemenangannya, Nannie menyebut pemilihan periode ini sangat demokratis dan menjadi momentum KOWANI menghadapi tantangan hlobal.
"KOWANI siap mendukung, mensukseskan, dan mengawal Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka," katanya.
Sementara itu Sekjen Tantri D Kiranadewi mengatakan pentingnya mmemastikan penguatan akses kesejahteraan bagi perempuan dan anak dalam kebijakan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah.
"Perspektif membangun Indonesia dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan menjadi strategis," katanya.
Tantri menyoroti peran perempuan yang hendak dikembalikan sebagai ibu bangsa dengan menciptakan keluarga yang sehat, kuat, dan tangguh secara moral, etika, dan beradab dengan memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi, narkoba serta judi online (judol).
"Dan Kowani sebagai representasi Ibu Bangsa siap memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur," katanya.
Nannie Hadi Tjahjanto juga menyampaikan hormat dan apresiasi kepada para tokoh perempuan nasional seperti Linda Agum Gumelar, Ketua Umum Kowani periode 2014-2019 dan 2019-2024 Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo MPd yang telah membawa transformasi Kowani semakin baik.Â
"Salah satu program prioritas adalah penguatan pendidikan perempuan, pengembangan kewirausahaan perempuan serta kolaborasi lintas sektor untuk mendukung kesetaraan gender," katanya.
Â
Perempuan Indonesia di Peradaban Global
Tantri D Kiranadewi yang menjadi Sekjen memiliki rekam jejak meyakinkan. Perjalanan hidupnya seakan hanya untuk program dan isu-isu perempuan terkini. Itu pula yang mengantarkannya dipercaya sebagai Head of Committe W2O (Women Twenty) G20 Prescidency Indonesia 2022
"Bicara tentang Women Twenty sangat menarik. W20 Presidensi Indonesia ingin memiliki agenda untuk mendorong para pemimpin negara-negara G20 membuka akses bagi perempuan agar bisa berpartisipasi aktif dalam perekonomian," katanya.
Lalu mengapa Tantri memilih isu perempuan sebagai tema yang sangat diminatinya?
"Jujur saja, masih ada marjinalisasi perempuan dalam kesehatan. Jadi saya pikir perlu pengawalan khusus untuk memastikan akses setara dalam layanan kesehatan bagi perempuan. Makanya melalui Kowani kemudian berusaha memengaruhi G20 Summit (Communique) agar memuat agenda pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender di negara-negara G20," katanyaÂ
Tantri D Kiranadewi menilai bahwa pelaksanaan pembangunan seringkali tidak pernah mengedepankan perspektif gender.Â
Dia mencontohkan tingginya mobilisasi dana untuk pembangunan infrastruktur, sehingga harus menelan biaya besar dan akibatnya tak ada anggaran untuk suplai nutrisi terhadap ibu hamil.
"Infrastruktur jalan, jembatan, bendungan memang bagus, namun kemudian dilakukan berlebihan dan tak imbang. Ibu-ibu hamil jadi kekurangan nutrisi dan melahirkan anak stunting. Jadi saya rasa setiap keputusan atau kebijakan pemerintah perlu mengedepankan perspektif gender," kata Tantri.
Ia sangat setuju jika infrastruktur menjadi baik, namun bukan hanya untuk memfasilitasi pemilik modal besar dalam memobilisasi kapitalnya.
"Pernahkah dipikirkan membangun infrastruktur untuk mendorong membesarnya UMKM yang dikelola dan dimiliki perempuan?" katanya.
Tantri menyebut bahwa Kowani bisa mengambil peran itu jika pemerintah memiliki komitmen kuat mengedepankan pembangunan yang berbasis kemandirian.
"Melalui perempuan, keluarga bisa dibangun lebih mandiri dengan lebih cepat. Ketika keluarga-keluarga di Indonesia sudah menginternalisasi nilai kemandirian, pemerintah bertugas menjadi konduktor. Maka jadilah orkestra pembangunan tanpa marjinalisasi," katanya.
Tantri mengaku khawatir jika keberadaan perempuan dalam pembangunan di Indonesia hanya dijadikan pelengkap penderita saja. Selain tak bisa menentukan nasibnya sendiri, perempuan akhirnya akan tersisih dalam proses pemikiran pembangunan bangsa.
Advertisement