Liputan6.com, Bandung - Musim hujan telah tiba di Indonesia pada umumnya dan Provinsi Jawa Barat (Jabar) pada umumnya. Saking berlimpahnya air hujan, sebagian daerah di Nusantara terdampak bencana seperti banjir dan tanah longsor.
Kejadian hujan dan banjir oleh sebagian warga dianggap sebagai musibah atau bencana bukan dianggap sebagai rahmat. Padahal tidak semua peristiwa bencana murni akibat alam, namun ada pula campur tangan manusia didalamnya.
Baca Juga
Menurut Dr. H. Samsul Maarif MA di laman Percikan Iman, anggapan seperti itu adalah bentuk 'negative thinking' dalam menyikapi fenomena alam.
Advertisement
"Sebagai umat yang berpikir maju ke depan seharusnya hujan dan banjir disikapi dengan positive thinking, sehingga semua segera dapat diselesaikan dengan baik dan berencana," terang Samsul.
Samsul menjelaskan memang benar ada hujan dan banjir yang merupakan suatu bencana bagi penduduk tertentu sebagaimana yang terjadi pada masa Nabi Nuh AS (QS Hud [11]: 37, al-Qamar : 11-12) atau hujan batu pada masa Nabi Luth AS.
Tetapi hal ini berbeda jika banjir yang terjadi seperti pada keluarga Saba’ (Abd Syams bin Yasyjab bin Ya’rab bin Qahthan (QS Saba’ [34]: 16) dengan berbagai kriteria yang dinyatakan dalam Alquran.
Apa pun bentuknya, Samsul mengatakan hujan adalah berkah yang diturunkan oleh Allah, sebagaimana firman Allah pada surah Al-Anfal [8]: 11), Al-Furqan [25]: 48-49, dan lainnya.
"Hujan itu menjadi berkah untuk membersihkan dari berbagai hal, menumbuhkan tanah yang mati, dan lain sebagainya. Jika kita melihat struktur air, maka dapat ditemukan dalam satu molekul air terdiri atas satu atom oksigen yang besar (bermuatan positif) ditempeli dua atom hidrogen yang kecil (bermuatan negatif)," jelas Samsul.
Samsul menambahkan bagian oksigen molekul air tersebut masih dapat menarik atom hidrogen dari molekul air lainnya, termasuk zat-zat kimia lain.
Selain sebagai pelarut yang baik, air juga termasuk makanan yang sangat penting bagi manusia, setelah oksigen dari udara untuk bernafas.
Dalam salah satu hadisnya, Nabi SAW menyatakan bahwa doa ketika sedang hujan oleh Allah dikabulkan. "Dua ketika (di mana doa) tidak ditolak atau sedikit sekali yang ditolak: (yaitu) berdoa ketika azan dan ketika pertempuran sedang berkecamuk (dan dalam satu riwayat mengatakan) dan ketika hujan." (HR Abu Daud).
"Sedangkan kejadian banjir karena hujan tidak diperkenalkan dalam Alquran. Sebab, Alquran memperkenalkan hujan sudah sesuai dengan ukuran yang sesuai dengan kapasitas bumi. (QS al-Mu’minun [23] :18)," sebut Samsul.
Samsul menyebutkan banjir merupakan human and social error, kesalahan manusia dan kesalahan sosial, kesalahan lingkungan sosial yang tidak akrab dengan ekosistem dan bukan 'God Error.'
Samsul menekankan curah hujan tetaplah sebagai rahmat Allah untuk alam semesta. Hanya saja, penghuni alam semesta ini (utamanya manusia) menolaknya dengan berbagai cara.
Penyebab terjadinya banjir adalah karena kesalahan manusia. Bagi orang yang beriman, banjir tidak semata-mata musibah, tapi bagaimana ia menjadi rahmat.
"Caranya adalah dengan berupaya melakukan antisipasi atau mengatasi banjir tersebut. Dengan banjir, banyak ahli bermunculan," sebut Samsul.
Dengan banjir, tersedia beragam lapangan pekerjaan. Bahkan, dari banjir orang dapat beramal melalui penghimpunan dana untuk membantu korban banjir.
Karena itu, lanjut Samsul, dengan adanya banjir hendaknya manusia senantiasa mensyukuri nikmat Allah untuk saling berbagi dengan sesama.
"Kita harus banyak mengingat Allah SWT yang Maha bijaksana atas segala kuasa-Nya. Semoga kita termasuk orang yang bersyukur karena hanya itulah senjata paling canggih dalam mengarungi hidup didunia agar selamat sampai tujuan akhir kita," tukas Samsul.
Amalan Ketika Hujan Turun
Nikmat terbesar Allah Swt kepada Alam ini adalah diturunkannya Hujan. Karena dengannya akan tumbuh dan berkembang kehidupan di atas bumi.
Merupakan tanda kekuasaan Allah Swt, dalam menguasai dan mengatur alam semesta. Dalam firman-Nya :
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الأرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Fushshilat [41]: 39)
اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
"Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira." (QS. Ar-Rum [30]:48).
Terkadang dengan hujan ada yang merasa senang tapi ada pula yang merasa tidak suka. Dengan dalih, dengan hujan akan menghalangi aktivitas. Dengan Hujan akan terjadi kemacetan, bahkan dengan hujan akan membuat banjir di lingkungan.
Allah Swt berfirman:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf [50]: 18).
Hujan merupakan bagian dari ketetapan Allah sebagaimana adanya tentang siang, malam dan juga adanya angin serta petir. Dan kita tidak diperbolehkan mencelanya.
Nabi SAW, "Allah SWT berfirman, ‘Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.’ " (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, "Janganlah kamu mencaci maki angin." (HR. Tirmidzi).
Ada beberapa amalan yang bisa dilakukan kaitannya dengan turun hujan. Dan ini adalah bentuk syukur kepada Allah Swt. Diantaranya:
1. Berdoa apabila Allah memberi nikmat dengan diturunkannya hujan, dianjurkan bagi seorang muslim untuk membaca do’a:
اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً
“Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat."
2. Berdoa ketika hujan sangat lebat. Nabi SAW suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian tatkala hujan turun begitu lebatnya, Nabi SAW berdoa,
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
"Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turunkanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan." (HR. Bukhari no. 1013 dan 1014).
Oleh karena itu, saat turun hujan lebat sehingga ditakutkan membahayakan manusia, dianjurkan untuk membaca doa di atas.
3. Ketika dibarengi dengan petir. Nabi SAW ditanya tentang petir, lalu beliau menjawab,
مَلَكٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ مَعَهُ مخاريق مِنْ نَارٍ يَسُوقُ بِهَا السَّحَابَ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ
"Petir adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya pengoyak dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah."
Berikut adalah doa ketika mendengar atau melihat petir. Dari ‘Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu ‘Abbas RA tatkala mendengar suara petir, beliau mengucapkan,
سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحَتْ لَهُ
‘Subhanalladzi sabbahat lahu’ (Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya).
4. Setelah hujan selesai. Rasulullah SAW bersabda,
« أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِى مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ »
"Pada pagi hari, di antara hambaku ada yang beriman kepadaku dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang." (HR. Muslim no. 240).
5. Adalah kabar gembira agar memperbanyak doa. Karena ini termasuk kategori waktu doa ijabah. Terdapat hadis dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
ثِنْتَانِ لا تُرَدَّانِ، أَوْ قَالَ: مَا تُرَدَّانِ، الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ، وَعِنْدَ الْبَأْسِ، حِينَ يَلْتَحِمَ بَعْضُهُ بَعْضًا وَفِي رِوَايَة : ” وَتَحْتَ المَطَر ”
"Dua orang yang tidak ditolak doanya adalah: [1] ketika azan dan [2] ketika rapatnya barisan pada saat perang." Dalam riwayat lain disebutkan, "Dan ketika hujan turun." (HR. Abu Daud).
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang bersyukur dan selalu berprasangka baik kepada Allah SWT. Mengenai terjadinya efek hujan berupa banjir dan bencana adalah tidak lain tidak bukan akibat akumulasi perbuatan manusia kita sendiri.
Sehingga menjadi peringatan untuk memperbaiki diri dan juga menumbuhkan sifat menolong dan kepedulian antar sesama. Dan itulah ciri orang-orang beriman, semoga kita termasuk di dalamnya.
Advertisement