Liputan6.com, Jakarta Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) 9 mengungkapkan sekitar 30 persen daei 229 perguruan tinggi aktif dalam menerapkan pendidikan merdeka belajar.
Sekretaris Tim Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) LLDikti 9, Muhammad Tahir Hamzah, mengatakan, rendahnya partisipasi dalam MBKM Mandiri dipengaruhi oleh bentuk perguruan tinggi itu sendiri.
Ia mengatakan, perguruan tinggi vokasi dan sekolah tinggi di wilayah LLDikti 9 tidak berpartisipasi dalam MBKM Mandiri.Â
Advertisement
"Karena mereka memang tidak diwajibkan ikut MBKM Mandiri," katanya di kantor LLDikti 9, Senin (2/12/2024).
Mayoritas perguruan tinggi yang mengikuti MBKM Mandiri berbentuk universitas. Dari sekitar 58 universitas, sekitar 45 di antaranya telah mengikuti MBKM Mandiri.Â
"Sisanya belum melaksanakan MBKM Mandiri. Ada beberapa universitas juga yang berada di kategori kurang sehat (sehingga tidak melaksanakan MBKM mandiri)," tuturnya.Â
Ada dua pendekatan dalam MBKM. Pertama adalah MBKM yang dijalankan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi. Kedua adalah MBKM Mandiri dimana perguruan tinggi langsung yang melaksanakannya.Â
KKN Tematik
Dalam MBKM Mandiri, ada delapan bentuk kegiatan pembelajaran (BKP) yang bisa dijalankan perguruan tinggi, mulai dari pertukaran mahasiswa, magang, asistensi mengajar, penelitian, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi atau proyek independen, dan kuliah kerja nyata tematik (KKN Tematik).Â
Ketua Tim MBKM LLDikti 9, Muliyadi Hamid, mengatakan, bentuk kegiatan pembelajaran yang paling banyak dilakukan di MBKM Mandiri adalah KKN Tematik.
Diikuti kemudian oleh kewirausahaan dan asistensi mengajar atau kampus mengajar.Â
"Itu yang paling mendominasi," tuturnya.Â
Untuk KKN Tematik, Muliyadi menuturkan, belum lama ini tema yang diusung adalah soal stunting dan pernikahan dini. "
Semua PT yang melaksanakan KKN Tematik, kami minta melaksanakan tema itu. Kami fasilitasi mereka untuk berkoordinasi dengan BKKBN dan Dinas Kesehatan di masing-masing daerah," tuturnya.Â
Advertisement