Liputan6.com, Manado - Sate ragey adalah hidangan sate khas Sulawesi Utara. Sate yang dibuat dari daging babi ini memiliki potongan daging berukuran jumbo.
Sate telah menjadi salah satu sajian khas Indonesia yang mendunia. Ada banyak jenis sate khas indonesia yang tersebar di berbagai wilayah Nusantara, salah satunya sate ragey.
Mengutip dari indonesiakaya.com, ragey merupakan jenis makanan tradisional yang ada di Minahasa, Sulawesi Utara. Makanan ini dikembangkan oleh Suku Tontemboan.
Advertisement
Terdapat dua versi asal usul kata ragey pada sate ragey. Versi pertama mengatakan bahwa kata ragey berasal dari kata rumagey yang berarti membakar sesuatu, khususnya daging, di atas bara api.
Baca Juga
Versi kedua mengatakan bahwa ragey berasal dari kata rageyen yang secara harfiah berarti minta tolong dibakar. Kata ini sering disebut oleh seseorang jika membeli daging di pasar dan meminta daging tersebut dibakar.
Meski terdapat dua versi berbeda, tetapi keduanya memiliki makna yang sama. Konon, ragey sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka.
Adapun cara pengolahan ragey merupakan salah satu warisan yang telah dilestarikan secara turun-temurun. Sate ragey pertama kali dipopulerkan oleh pemilik Rumah Makan Ragey, Talikuran, Kawangkoan, Minahasa, yang bernama Adri Lomboan-Tarandung.
Adri sebelumnya berprofesi sebagai tukang potong babi. Ia kemudian memiliki ide untuk menjual sate daging babi bakar.
Karena berlokasi di depan SPBU, awalnya rumah makan mereka hanya dikunjungi oleh sopir-sopir. Rupanya, kenikmatan sate ragey dapat membuat popularitas mereka meningkat.
Pertama kali dibuka pada 1987, kini rumah makan itu telah berada di lokasi permanen. Lokasinya ditandai dengan sebuah patung tangan yang memegang dua tusuk sate ragey. Adri juga merupakan pemegang lisensi resmi dari nama ragey yang dikeluarkan oleh Kemenkumham pada 1998.
Sate ragey dibuat dari daging babi berlapis lemak. Daging tersebut dibumbui dengan jeruk, jahe, bawang merah, dan cabai. Cara pembuatannya adalah dengan memotong daging dengan ukuran cukup besar, kira-kira tiga sampai lima kali dari ukuran potongan daging sate pada umumnya.
Selanjutnya, daging dilumuri dengan bumbu dan ditusuk menggunakan tusuk bambu berukuran lebih panjang dan besar dari tusuk sate biasanya. Kemudian, sate dipanggang di atas bara api hingga matang.
Umumnya, sate ragey disajikan dengan sambal dabu-dabu khas Manado. Hingga kini, sate ragey telah tersebar di berbagai daerah di Sulawesi Utara dan telah menjadi salah satu menu kuliner khas wajib yang selalu diburu wisatawan.
Penulis: Resla