Liputan6.com, Yogyakarta - Datang di acara “Rembug Perempuan Jogja” di UGM, Susi Pudjiastuti aktif kembali dalam berbisnis dan berpesan pada seluruh perempuan di Indonesia agar tidak takut mengambil pilihan hidup. Susi Pudjiastuti mengatakan status sebagai perempuan tidak boleh menjadi halangan seseorang untuk mengejar cita-cita ataupun memulai bisnis. “Perempuan itu istimewa. Kita punya empathy yang lebih, jadi kalau kita berbisnis itu bisa lebih baik,” tutur Susi di UGM pada Kamis, 28 November 2024.
Perbedaan gender bagi Susi tidak berlaku walaupun ada perbedaan biologis dan fisik mendasar. Susi mengatakan perempuan harus memiliki kemampuan leadership yang baik baik di dunia bisnis maupun dalam keluarga. “Perempuan jangan hanya ditaruh di belakang, mereka punya kemampuan yang sama dengan laki-laki. Tapi tetap, you have to be responsible. Kamu harus jadi sosok yang bertanggung jawab dan punya pengetahuan agar dipercaya,” tegas Susi.
Advertisement
Baca Juga
Susi Pudjiastuti menyatakan bahwa berbisnis memang tidaklah mudah terutama bagi perempuan. Namun kondisi ini bukan berarti perempuan tidak memiliki kesempatan untuk berbisnis dan menjadi ibu rumah tangga tapi membuat seorang perempuan kuat. “Cintai, sayangi, gembira dengan keluarga. Kalau kita gembira, kita senang hati, itu energinya besar. Kuat kasih, kebersamaan, dan saling support,” pesannya.
Menurut perempuan kelahiran 15 Januari 1965 di Pangandaran, Jawa Barat memutuskan untuk berhenti sekolah di jenjang SMP dan mulai belajar berdagang. Menurutnya saat itu adalah salah satu keputusan terbesar yang tidak semua orang bisa lakukan. “Dulu waktu sekolah saya pikir, saya kalau di sekolah begini rasanya kurang ruang untuk saya bergerak, saya yang tidak cocok. Bukan sistem yang salah, saya putuskan untuk resign dari sekolah, and do what I want,” ungkap Susi.
Berbekal tekad dan kepercayaan diri
Susi lalu mulai berjualan di daerah Pangandaran hanya dengan modal tekan dan percaya diri dimulai dari berjualan bed cover, hingga menjual berbagai hasil bumi dari pantai selatan Jawa, seperti ikan, kapulaga, dan cengkeh. Saat itu sumber daya alam Indonesia masih sangat melimpah dan dikelola sepenuhnya oleh nelayan dan petani dalam negeri.
Susi Pudjiastuti mngatakan ia mulai berjualan ikan dari modal awal menjual perhiasan senilai Rp750.000 dan belum mendapatkan pinjaman modal dari bank. Lalu, bisnis ini berjalan bahkan saat Indonsia mengalami krisis moneter, bisnis perikanan Susi justru membuka peluang sebagai eksportir. Tidak lama kemudian hasil perikanan tangkap menurun drastis dan mengakibatkan bisnis Susi sedikit goyah. “Tahun 2001 itu hasil ikan turun drastis, awalnya saya tidak tahu kenapa. Tahunya ya, ikan di laut sudah habis. Ternyata pemerintah mengizinkan kapal-kapal asing beroperasi di Indonesia,” tutur Susi.
Banyaknya illegal fishing dari negara lain menjadi penyebab melemahnya produksi ikan tangkap. Bahkan saat itu kapal-kapal asing tidak berizin dikirimkan untuk mengeruk sumber daya perikanan Indonesia. Parahnya lagi kapal ilegal fishing ini tidak hanya mengambil ikan yang sudah siap tangkap, namun juga bibit ikan yang seharusnya tidak boleh diambil. Dalam salah satu kasus, kapal asing berhasil mengambil bibit-bibit ikan dari pantai selatan Jawa, kemudian dibawa ke Vietnam dan dibudidayakan ikan itu. “Saya bilang, harusnya bibit plasma nutfah seperti itu jangan diambil. Sesuatu yang belum bisa kita rekayasa dengan teknologi jangan pernah diambil. Dulu izin kapalnya cuma 10, tetapi yang datang 100,” ucap Susi.
Lebih lanjut Susi mengatakan harus ada yang melindungi perairan Indonesia agar bisa produktif, efektif, dan efisien. Terutama di sektor perikanan tangkap yang banyak diminati oleh negara lain.