Liputan6.com, Jakarta Dilema etika dalam sains dan teknologi adalah situasi di mana terdapat pertentangan antara nilai-nilai moral atau etika dengan kemajuan ilmiah dan teknologi. Sederhananya, kita dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit yang melibatkan pertimbangan antara manfaat yang bisa didapatkan dari suatu penemuan ilmiah atau teknologi baru dengan potensi dampak negatifnya terhadap manusia, lingkungan, atau nilai-nilai kemanusiaan lainnya.
Topik tersebut menjadi epilog perkuliahan Etika Keilmuan yang dipresentasikan oleh Fitriyatur Rosyidah dan Siti Zulfa Hidayatul Maula, mahasiswa Magister Keguruan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang.
“Selain faktor pesatnya perkembangan teknologi, ada banyak kepentingan yang berbeda-beda dari pihak yang terlibat dalam pengembangan dan penerapan teknologi, seperti: ilmuwan, pengusaha, pemerintah dan masyarakat umum,” kata Fitriyatur Rosyidah dalam keterangan tertulisnya, belum lama ini di Ruang Rapat Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.
Advertisement
Skala Prioritas
Dosen pengampu mata kuliah Etika Keilmuan Dr. Nurhidayati, M.Pd. mengungkapkan, dilema sains dan teknologi harus mendapatkan skala prioritas dalam setiap elemen yang bersangkutan untuk menciptakan ekosistem yang seimbang sekaligus mendorong kesadaran tentang pentingnya penerapan etika dalam pengembangan sains dan teknologi dan memahami implikasi moralnya bagi masyarakat, apalagi dengan masifnya penggunaan kecerdasan buatan.
“Untuk mengatasi dilema sains dan teknologi ini, perlu diskusi terbuka seluruh stakeholder, mulai dari pemangku kebijakan hingga lapis bawah. Di samping itu, juga perlu mengacu pada nilai-nilai universal seperti: keadilan, kemanusiaan dan keberlanjutan. Pengembangan kerangka kerja etika yang komprehensif serta regulasi yang seimbang merupakan aspek yang perlu diperhatikan secara seksama,” ujar Dr. Nurhidayati dalam akhir perkuliahan.
Advertisement