Sukses

Bukan Minat Baca yang Rendah, tapi Sebaran Buku Bermutu yang Belum Merata

Kurangnya bahan bacaan bermutu kerap terjadi di daerah, termasuk di perpustakaan sekolah. Banyak ditemui di sekolah, melimpahnya buku-buku kurikulum, namun minim koleksi buku-buku pengayaan siswa.

 

Liputan6.com, Jakarta - Bukan minat baca orang Indonesia yang kurang, tapi sebaran bahan bacaan bermutu yang belum merata. Tak heran jika Perpusnas punya program bantuan Bahan Bacaan Bermutu (BBB) sejumlah 1.000 eksemplar kepada 10.000 perpustakaan desa/kelurahan dan taman baca masyarakat (TBM) di Indonesia. Bukan tanpa sebab, hal itu dilakukan tentu agar sebaran bahan bacaan bermutu dapat merata sampai ke pelosok daerah.

Di provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) misalnya, tercatat sebanyak 262 perpustakaan desa/kelurahan dan 37 TBM menerima bantuan bahan bacaan bermutu. Penyerahan tersebut dilakukan secara simbolis di sela-sela kegiatan Sosialisasi Pembudayaan Kegemaran Membaca di Sultra, Kamis, (12/12/2024) kemarin.

Dalam sesi sosialisasi, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sultra, Nur Saleh, mengatakan semakin banyak kita membaca, semakin nampak kekurangan kita. Itulah hakekat ilmu yang sesungguhnya.

"Alasan itu juga yang menjadi filosofi kenapa gedung perpustakaan umum provinsi Sultra berbentuk bundar. Karena mencari ilmu tiada pernah henti," ungkap Saleh.

Senada dengan Nur Saleh, Pustakawan Utama Perpusnas Yoyo Yahyono menambahkan adab dan ketinggian ilmu seseorang bisa terlihat ketika menghadapi situasi perdebatan. Dia tidak akan mau berdebat kepada orang yang tidak literat.

"Karena mereka hanya bermodalkan nekat, bukan pengetahuan," tegas Yahyono.

Seseorang yang literat itu berbicara bedasarkan data. Hoaks itu diciptakan oleh orang hebat, dan disebarluaskan oleh orang yang tidak literat.

Yahyono kemudian menyampaikan bahwa kondisi minat baca masyarakat Indonesia bukan rendah, melainkan ketersedian koleksi yang bermutu dan sesuai kebutuhan si pembaca yang kurang.

 

2 dari 2 halaman

Kurangnya Bahan Bacaan Bermutu di Sekolah

Kurangnya bahan bacaan bermutu kerap terjadi di tiap daerah, termasuk di perpustakaan sekolah. Banyak ditemui di sekolah, melimpahnya buku-buku kurikulum, namun minim koleksi buku-buku pengayaan siswa.

"Ini bisa disiasati pihak sekolah bekerja sama dengan perpustakaan umum dengan meminjamkannsejumlah bahan bacaan setiap minggunya sebagai solusi dari kurangnya ketersediaan buku di sekolah," terang Yahyono.

Minat baca siswa yang kurang juga bisa diakali dengan cara ketika siswa diberikan tugas wajib melampirkan referensi buku yang dipakai, tambah Staf Ahli Gubernur bidang ekonomi, keuangan, dan pembangunan La Ode Saifuddin.

Selain menggelar sosialisasi kegemaran membaca, di kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Tenggara dengan Politeknik Tridayah Virtue Morosi terkait pengembangan perpustakaan dan peningkatan budaya baca bagi civitas akademi.