Liputan6.com, Pamekasan - Mayjen TNI Dr. Farid Makruf, M.A ditunjuk sebagai Dewan Pembina Asosiasi Pariwisata Madura atau Asprim. Penunjukan tersebut didasari sejumlah alasan, salah satunya karena jendral bintang dua TNI AD ini merupakan putra asli Madura. Sekjen Asprim Ach Choirul Ramadani mengatakan apa yang telah dicapai oleh Mayjen Farid Makruf merupakan inspirasi bagi pelaku pariwisata di Madura bahwa harus tetap optimis dan percaya diri untuk memajukan pariwisata setempat.
“Kisah hidup beliau yang luar biasa menjadi motivasi kami bahwa selaku pengelola sektor pariwisata Madura bisa juga terus berkembang dan sejajar dengan daerah lain sehingga ke depan mampu memberikan dampak kesejahteraan bagi warga dan pelaku pariwisata yang terlibat di dalamnya,” ujar Choirul di Pamekasan, Minggu (15/12/2024).
Baca Juga
Penunjukan Farid sebagai Dewan Pembina ASPRIUM itu dilakukan saat dirinya sedang menonton pertandingan kerapan sapi di Lapangan Sape Kerap Desa Murtajih, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Menyaksikan secara langsung atraksi budaya kerap dilakukan Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Sumber Kekayaan Alam Lemhanas RI ini untuk mengisi waktu luangnya.
Advertisement
“Kecintaan beliau ini sebagai bentuk kepedulian dalam upaya pelestarian Tradisi Budaya Kerapan Sapi Madura sehingga nantinya diharapkan tradisi budaya ini akan berkolaborasi dalam pemanfaatannya dengan rencana pengembangan dan pemajuan Pariwisata Madura,” imbuh Choirul.
Selain itu, ketokohan Mayjen Farid Makrud juga menjadi alasan penting mengapa dirinya didapuk menjadi Dewan Pembina Asprim. Kata Choirul, dirinya mempunyai prestasi gemilang dengan sederet prestasi yang diharapkan mampu ditularkan ke segenap pengurus dan anggota organisasi. “Tentu harapannya raihan prestasi gemilang bilang bisa tertular ke kami sehingga nantinya bisa memberikan support kepada pelaku pariwisata Madura agar terus berkarya dan punya semangat kepedulian dalam pengembangan dan pemajuan Pariwisata Madura,” tandasnya.
Mayjen Farid menyambut baik penunjukan itu. Baginya, apapun langkah positif yang dilakukan anak bangsa untuk mendukung kemajuan bangsa dan negara patut mendapat dukungan, terlebih ini berkaitan dengan budaya dan pariwisata Madura. “Anak-anak bangsa adalah aset masa depan bangsa dan negara. Keinginan positif kawan-kawan Asprim ini saya baca sebagai bagian dari energi sinergi dan kolaborasi. Tentu saya sangat mendukung giat positif yang dilakukan Asprim sehingga dengan penuh kebanggaan siap menjadi bagian Keluarga Besar Asprim,” tegasnya.
Strategic Culture
Farid menyatakan sangat mencintai budaya Indonesia, tak hanya itu dirinya bahkan menyempatkan diri mempelajari budaya di mana dia berada, khususnya saat sedang bertugas. Bahkan dirinya memerintahkan anak buahnya agar mencintai budaya di mana dirinya berada.
“Ini saya tanamkan ke anak buah, agar mencintai budaya daerah setempat. Sebab saat kuliah di Inggris, saya pernah belajar tentang strategic culture yang sudah dilakukan oleh Jack Snyder pada 1950,” kata Farid yang belum lama ini mendapat predikat cumlaude pada sidang doktoralnya di Universitas Tadulako, Kota Palu, Sulawesi Tengah dengan mengangkat tema “Analisis Sistem Budaya Ketadulakoan dalam Perspektif Ketahanan Nasional”.
Dia melanjutkan, “Strategic culture itu diterapkan pada saat perang dunia ke II dan perang dingin. Artinya, mempelajari budaya suatu bangsa berarti mempelajari pula ciri identitas dan kekuatan suatu bangsa, sehingga lawan dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan bangsa tersebut. Maka saya sangat setuju menanamkan kepada anggota TNI di setiap daerah agar mencintai budaya setempat, agar budaya kita selalu terjaga dan lestari."
Bersamaan dengan momentum Hari Juang TNI AD ke-79 ini, dirinya mengatakan bahwa untuk memajukan Indonesia perlu dilakukan bersama-sama, dari berbagai elemen masyarakat dan lapisan masyarakat salah satunya di sektor pariwisata.
“Terima kasih atas kepercayaan kawan-kawan Asprim dan sebagai TNI, apapun itu demi Indonesia, saya siap memberikan dukungan,” paparnya.
Mayjen Farid Makrud berpesan agar Asprim terus mengembangkan budaya dan tradisi positif Madura serta berupaya secara konsolidasi dan solid untuk menghilangkan tradisi yang justru membuat citra Madura jadi buruk seperti budaya carok.
“Tentu dalam melangkah bersama ini, Asprim harus bisa menghidupkan budaya dan tradisi positif di Madura sebagai bagian inherent mengembangkan dan memajukan pariwisata dan menghilangkan tradisi-tradisi buruk. Misalnya budaya carok, maka harus bisa diambil sisi positifnya bagi kehidupan masyarakat Madura yaitu membela kebenaran, kejujuran dan harga diri serta kemampuan ilmu bela diri bukan dalam pemaknaan yang negatif yang berdampak buruk pada citra Madura secara umum ataupun secara khusus pada sektor pariwisata Madura,” pungkasnya.
Advertisement