Liputan6.com, Kendari - Kabupaten Buton Tengah, menyimpan kekayaan alam berupa gugusan gua karst yang menyebar pada wilayah seluas 837,16 km bujur sangkar. Dari 7 kecamatan, terdapat kurang lebih sekitar wisata 1000 gua Buton tengah dengan keunikan dan usia yang menyaingi gua-gua terkenal di Semenanjung Yucatan, Meksiko.
Gua-gua ini, menyimpan banyak kisah yang masih hidup dan diceritakan sampai hari ini. Dahulu, tokoh-tokoh legendaris masyarakat di wilayah itu, dikisahkan pernah meminta kepada roh-toh yang mendiami gua, sumber air tak berkesudahan untuk membantu warga dari bencana kekeringan.
Lalu, munculah air dari celah-celah bebatuan karst yang kemudian membentuk telaga. Sampai hari ini, sejumlah penyelam profesional dari berbagai belahan dunia, bahkan belum bisa mencapai dasar telaga beberapa spot gua.
Advertisement
Memasuki zaman yang lebih modern, gua-gua ini digunakan oleh tokoh-tokoh masyarakat di Buton Tengah untuk mengasingkan diri dari gerombolan penjajah Belanda dan Jepang. Bahkan, diceritakan, begitu memasuki gua ini, mereka seolah moksa, menghilang dari dunia luar dan tak kasat mata.
Hari ini, gugusan gua di Buton Tengah menyisakan keindahan yang membuat orang awam bisa berdecak kagum. Mulai dari struktur stalaktit dan stalagmit di dalam gua, hingga telaga yang memiliki gua-gua bawah laut sedalam puluhan meter hingga lorongnya tembus ke laut bebas. Malah, ada beberapa gua yang katanya, dasarnya masih sulit dieksplorasi karena struktur dinding gua bawah laut yang rumit dan membentuk labirin.
Mengunjungi Buton Tengah, ada sejumlah spot wisata gua Buton Tengah terkenal yang paling sering dikunjungi wisatawan mancanegara. Spot menarik tersebut yakni, Gua Laulawi, Gua Loba-labo, Gua Bidadari, Gua Koo, Gua Laumehe dan Gua Lia Watolo.
Gua Loba-labo
Lokasinya, berada di Desa One Waara Kecamatan Lakudo. Jarak dari Labungkari Ibu kota Kabupaten sekitar 16 km dengan perjalanan roda dua atau empat.
Keunikannya, Loba-labo, merupakan gua bawah laut. Ujung gua Loba-labo yang lorongnya mengarah ke laut bebas, tersambung dengan telaga air tawar yang ada di permukaan.
Pintu masuknya, berada sekitar 27 meter dibawah permukaan laut di Buton Tengah. Sehingga, wisatawan harus memiliki lisensi selam khusus untuk masuk dan menikmati keindahan beragam spesies koral, lobster dan ikan yang hidup dibawahnya.
Â
Gua Bidadari
Lokasinya, berada di Desa Wadiabero Kecamatan Mawasangka. Menuju ke spot gua, ditempuh sekitar 15 menit dari Labungkari, ibukota Buton Tengah.
Permukaan gua seluas 6 meter. Tinggi dari permukaan ke langit langit gua sekitar 8 meter. Air di telaga mengalir dari celah-celah bebatuan.
Keunikannya, tepat jam 12 siang, cahaya matahari menerangi permukaan gua hingga ke dasar telaga yang berada di tengah gua. Kata penyelam yang pernah menjajal kedalam ekstrem gua ini, mereka belum pernah menemukan dasarnya gua paling ujung.
Gua Koo
Spot ini, berada di Desa Katuko Bahari. Keunikannya, ada stalaktit dan stalagmit muncul di tengah gua.
Salah seorang pemandu wisata yang bekerja untuk piknikyuk.id di Buton Tengah, Aditya Purwanto Sadif menceritakan, mantan Presiden RI BJ Habibie pernah ke Gua Koo sewaktu masih menjabat presiden. Disana, Bj Habibie meninggalkan tanda mata berupa pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang digunakan masyarakat selama bertahun-tahun.
Gua Koo disebut paling luas di Buton Tengah. Menurut para penyelam, memiliki kedalaman sekitar 70 meter. Tetapi, meskipun memiliki telaga yang indah, warga setempat melarang mandi.
" Airnya digunakan sebagai sumber kehidupan warga di kampung, jadi orang akan marah kalau lihat wisatawan mandi disitu," ujar Aditya.
Gua Laumehe
Berada di Desa Wantopi Kecamatan Mawasangka Timur. Gua Laumehe, seluas 2 meter dan setinggi 3 meter. Di tengah gua, ada telaga seluas 5 meter dengan air berwarna gelap kehijauan. Telaga memiliki kedalaman sekitar 40-60 meter.
Gua ini, memiliki pintu masuk selebar 2 meter dan tinggi sekitar 3 meter. Aditya Purwanto mengatakan, Laumehe dalam bahasa lokal berarti berdiri. Gua ini satu-satunya spot yang bisa dimasuk turis sambil berdiri atau berjalan. Sedangkan, sekitar 1000 gua lainnya, rata-rata orang harus masuk sambil merangkak.
Gua Lia Watolo
Spot ini, Memiliki 7 pintu di dalamnya. Namun, saat ini hanya tersisa 6 pintu masuk. Sebab, Salah satu pintunya susah tertutup stalaktit. Dahulu, gua ini dipakai warga dan tokoh masyarakat berlindung dari kejaran penjajah Jepang dan Belanda. Disini, warga membawa persediaan makanan, hidup bertahun tahun lamanya dan bersembunyi dari dunia luar.
Gua Maobu
Spot ini, menjadi salah satu spot paling menarik. Lokasinya, berada di Desa Lalibo Kecamatan Mawasangka Tengah. Wisawatan harus masuk dari bagian luar gua yang berada di daratan. Setelah melewati lorong, wisawatan akan menemukan telaga yang tembus ke laut. Air telaga yang berwarna biru terang, akan lebih indah dinikmati pada saat pagi hingga menjelang siang. Lewat dari itu, sinar matahari akan terhalang tebing karang hingga menjadikan air telaga lebih gelap.
Aditya Purwanto, salah seorang pengelola wisata gua Buton Tengah mengatakan, dia dan tim sudah beroperasi melayani wisatawan sejak 2022. Mereka bekerja sama Pemda dan komunitas lainnya dalam mempromosikan wisata 1000 gua di Buton Tengah.
Kata alumni Sekolah Tinggi Amikom Yogyakarta ini, wisata gua merupakan wisata khusus bagi pecinta susur gua. Sebab, perlu keahlian tinggi yang hanya dimiliki oleh wisatawan terlatih. "Jadi turis tidak setiap hari datang, sehingga kami perkuat promosi agar wisata ini terus berkembang sampai hari ini," ujar Aditya.
Kata Aditya, Piknikyuk yang berdiri sejak 2019 juga sudah pernah menangani berbagai proyek baik dengan lembaga pemerintah atau wisatawan asing. Kebanyakan, wisatawan yang datang berasal dari Australia, China, Thailand Bahkan negara negara Eropa.
"Menariknya, mereka saat di sini meminta kami menyediakan layanan yang benar benar tradisional," kata Aditya.
Beberapa permintaan unik wisatawan, kata Aditya seperti meminta disediakan makan siang menggunakan piring tempurung kelapa atau daun pisang. Beberapa lainnya, meminta diantar menginap dan tidur di rumah-rumah warga Bajau di pesisir. Disana, mereka hidup di pondok milik warga selama beberapa hari untuk merasakan sensasi hidup di atas permukaan laut.
"Masyarakat yang memanfaatkan lokasi wisata ini juga menyediakan berbagai cinderamata di sekitar lokasi wisata," Ujar Aditya.
Kata dia, beberapa oleh oleh yang terkenal yakni anyaman dan tas berbahan dasar kain tenun khas Buton. Kemudian, untuk makanan, ada jambu mete dan keripik teri. Kualitas jambu mete Buton Tengah, disebut sebut menjadi yang terbaik di dunia karena kontur tanah tempat tumbuhnya menjadikannya mete bercita rasa paling kuat dibanding daerah lain di Indonesia.
Produk lainnya, keripik teri, merupakan produksi warga nelayan yang menjemur ikan teri hasil tangkapan di sekitar perairan Selat Buton. Keripik ini, biasanya banyak dijumpai saat musim panas sejak Agustus hingga November setiap tahun.
Advertisement