Sukses

Jangan Terkecoh, Ini Bedanya Wartawan dengan Konten Kreator di Era Digital

Kasatbinmas Polres Gunungkidul, Iptu Ristanto, mengimbau masyarakat untuk lebih bijak menyaring informasi di era digital. Beliau menekankan pentingnya memahami perbedaan peran konten kreator dan wartawan agar masyarakat dapat memfilter informasi dengan cermat dan mencegah penyebaran hoaks.

Liputan6.com, Gunungkidul - Kasatbinmas Polres Gunungkidul, Iptu Ristanto, mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam menyaring informasi di era digital. Ia menekankan pentingnya memahami perbedaan antara konten kreator dan wartawan agar masyarakat, khususnya warga Gunungkidul, dapat memfilter informasi sebelum menarik kesimpulan. “Konten kreator dan wartawan memiliki peran yang berbeda dalam menyampaikan informasi. Memahami perbedaan ini sangat penting agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum tentu benar,” ujar Iptu Ristanto dalam diskusi internal di Mapolres Gunungkidul, Selasa (17/12).

Menurut Iptu Ristanto, wartawan bekerja berdasarkan kode etik jurnalistik yang mengutamakan akurasi, keseimbangan, dan verifikasi dalam menyajikan berita. Mereka bertugas untuk melaporkan fakta berdasarkan investigasi yang mendalam, serta terikat oleh aturan yang mengedepankan tanggung jawab sosial.

Sementara itu, konten kreator lebih berfokus pada pembuatan konten yang menarik perhatian, baik berupa hiburan, opini, maupun informasi ringan. Konten yang mereka buat tidak selalu melalui proses verifikasi yang ketat seperti wartawan. “Konten kreator biasanya mengejar popularitas atau engagement di media sosial, sehingga tidak jarang mereka menyampaikan informasi yang bersifat subyektif atau bahkan sensasional,” tambahnya.

Ia juga mengingatkan bahwa tidak semua informasi yang disampaikan oleh konten kreator dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan atau menyimpulkan opini. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan lebih kritis dalam memilah informasi, terutama di media sosial. “Sebagai konsumen informasi, kita harus mampu memfilter mana informasi yang valid dan mana yang sekadar opini atau hiburan. Ini penting untuk mencegah penyebaran hoaks yang dapat merugikan banyak pihak,” tegasnya.

Iptu Ristanto juga mengapresiasi peran media massa sebagai pilar keempat demokrasi yang membantu mencerdaskan masyarakat. Ia berharap masyarakat Gunungkidul dapat lebih memahami pentingnya literasi digital dan tidak mudah termakan informasi yang belum terverifikasi. “Mari bersama-sama menjadi masyarakat yang cerdas dan bijak dalam menggunakan media sosial. Dengan begitu, kita bisa menciptakan lingkungan informasi yang sehat dan bertanggung jawab,” tutupnya.

Video Terkini