Sukses

Peristiwa 20 Desember 1945: Wafatnya Otto Iskandar Dinata

Otto Iskandar Dinata lahir dari keturunan bangsawan yang di turunkan dari ayahnya, Raden Haji Adam Rahmat. Adapun ibunya bernama Siti Hidayah. Pemilik julukan Si Jalak Harupat ini merupakan anak ketiga dari sembilan bersaudara.

Liputan6.com, Yogyakarta - Raden Otto Iskandar Dinata lahir di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, pada 31 Maret 1897. Ia meninggal dunia pada 20 Desember 1945 di usia 48 tahun.

Mengutip dari berbagai sumber, Otto Iskandar Dinata lahir dari keturunan bangsawan yang di turunkan dari ayahnya, Raden Haji Adam Rahmat. Adapun ibunya bernama Siti Hidayah. Pemilik julukan Si Jalak Harupat ini merupakan anak ketiga dari sembilan bersaudara.

Riwayat pendidikannya adalah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) yang merupakan sekolah berasrama di Bandung. Setelah lulus, Otto Iskandardinata melanjutkan pendidikan di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah.

Setelah lulus dari sekolah guru, Otto Iskandardinata mendedikasikan dirinya sebagai guru. Menjadi seorang guru memang merupakan cita-citanya sejak kecil. Melalui profesi guru, Otto berusaha untuk mewujudkan bangsanya agar menjadi bangsa yang berilmu.

Ia memiliki ketertarikan tentang bacaan koran De Expres yang berisi kecaman-kecaman terhadap Belanda. Surat kabar itu dipimpin oleh Douwes Dekker, pendiri Indische Partij.

Saat itu, ia membacanya secara sembunyi-sembunyi karena adanya larangan untuk membaca surat kabar tersebut. Dari sana, muncul sikap berontaknya yang ingin memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pada 1925, Otto Iskandardinata memutuskan terjun ke organisasi Boedi Oetomo (BU). Ia dipilih menjadi anggota gemeenteraad atau Dewan Kota yang bertugas memperbaiki kehidupan rakyat.

Pada 1928, Otto Iskandardinata memutuskan untuk menjadi anggota Paguyuban Pasundan. Ia kemudian terpilih menjadi ketua.

 

2 dari 2 halaman

Mendirikan Sekolah hingga Bank

Paguyuban Pasundan berada di bawah pimpinannya menjadi semakin berkembang. Organisasi ini berhasil mendirikan sekolah hingga bank.

Pada 1930, Otto Iskandardinata terpilih menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) mewakili Paguyuban Pasundan. Ia tak segan memperlihatkan keberaniannya dalam mengecam pemerintah. Keberanian tersebut membuatnya mendapat julukan Si Jalak Harupat, yang artinya burung Jalak yang berani.

Pada 1932, kongres PPKI digelar di Surabaya. Saat itu, Otto Iskandardinata terpilih menjadi Sekretaris di bawah ketua M.H. Thamrin.

Pada masa kemerdekaan RI pertama yang berbentuk kabinet Presidentil, Otto Iskandardinata diangkat menjadi Menteri Negara. Ia juga menjadi pemimpin Badan Pembantu Prajurit.

Bukan itu saja, Otto Iskandardinata juga aktif membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang selanjutnya berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). TKR kemudian berubah menjadi ABRI dan TNI.

Otto Iskandardinata pernah masuk dalam daftar hitam. Ia juga pernah membuat khawatir pemerintah Hindia Belanda, salah satunya karena ia berani membongkar kasus bendungan Kemuning. Otto juga merupakan sosok yang pertama kali mempopulerkan kata Indonesia Merdeka yang kemudian disingkat menjadi Merdeka.

Pada 20 Desember 1945, Otto Iskandardinata meninggal dunia. Ia diduga menjadi salah satu korban Laskar Hitam di Pantai Mauk, Tangerang. Namun, jenazahnya tak pernah ditemukan.

Otto Iskandardinata ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973 pada 6 November 1973. Wajah pahlawan Otto Iskandardinata tergambar di uang kertas pecahan Rp20.000 yang pertama kali dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada 29 Desember 2004.

 

Penulis: Resla