Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi XII DPR RI, Yulian Gunhar, menyampaikan keprihatinan atas insiden meledaknya smelter titanium milik PT Monokem Surya yang berlokasi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada Senin (16/12/2024), yang menyebabkan dua pekerja meninggal dunia.
Gunhar mempertanyakan mengapa smelter di Indonesia kerap menjadi lokasi rawan kecelakaan kerja.
Baca Juga
"Kita tidak menuduh perusahaan memiliki smelter yang sudah tidak layak pakai atau menggunakan peralatan rekondisi. Namun, jika ditemukan bukti-bukti ke arah itu, keberlangsungan operasional perusahaan tersebut harus dievaluasi secara serius oleh pemerintah," tegasnya, Jumat (20/12/2024).
Advertisement
Menurutnya, insiden smelter meledak yang kerap berulang itu bukan hanya menyangkut reputasi industri smelter di Indonesia, tetapi juga menyangkut keselamatan dan nyawa para pekerja.
"Keselamatan pekerja harus menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan industri. Tidak boleh ada kompromi terhadap standar keamanan," tambah Gunhar.
Ia menegaskan bahwa pihaknya akan memantau perkembangan lebih lanjut di lapangan. Komisi XII DPR RI juga berencana memanggil pihak-pihak terkait melalui Panitia Kerja (Panja) untuk membahas masalah ini secara mendalam.
"Kita perlu memastikan bahwa semua smelter di Indonesia mematuhi standar keselamatan kerja yang berlaku. Insiden seperti ini tidak boleh terulang kembali," katanya.
Politisi PDI Perjuangan ini meminta agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah konkret untuk menginvestigasi penyebab insiden dan memberikan perlindungan maksimal kepada para pekerja.
"Negara harus hadir menjaga keselamatan nyawa pekerja," pungkasnya.
Kronologi Kejadian
Sebelumnya smelter titanium milik PT Monokem Surya yang ada di Kabupaten Karawang Jabar meledak menyebabkan dua pekerja meninggal dunia. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengawas Ketenagakerjaan Wilayah 2 Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Jawa Barat dan pihak kepolisian masih menyelidiki terjadinya peristiwa ledakan itu.
Kasi Humas Polres Karawang Ipda Solikhin, Kamis (19/12/2024) mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan mengenai terjadinya ledakan smelter di PT Monokem Surya pada Senin (16/12/2024).
Setelah kejadian, pihaknya langsung melakukan pengecekan di lokasi dan memintai keterangan sejumlah saksi.
"Kami masih melakukan penyelidikan untuk mencari penyebab terjadinya ledakan yang mengakibatkan dua pekerja meninggal dunia," katanya.Â
Sementara itu, sesuai dengan keterangan yang dirilis UPTD Pengawas Ketenagakerjaan Wilayah 2 Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Jawa Barat, kecelakaan kerja di PT Monokem Surya yang mengakibatkan dua pekerja meninggal terjadi pada Senin (16/12). Â
Kedua pekerja itu meninggal dunia akibat luka bakar di sekujur tubuhnya. Sedangkan satu pekerja lainnya mengalami luka bakar.
Ketiga pekerja yang menjadi korban ledakan di tempatnya bekerja itu dinyatakan mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap untuk bekerja di bagian produksi titanium slag.
Pada saat itu, tim produksi non-zircon melakukan proses pengeluaran bahan titanium normal seperti biasa. Bahan titanium ini ditampung ke dalam sebuah troli penampung. Selanjutnya troli titanium digeser/ditarik ke area penyiraman air pendingin yang berjarak sekitar 30 meter dari lokasi pengeluaran bahan titanium (lancing).
Setelah proses penyiraman dirasa cukup dingin, kepala regu saat itu Henda Wardiman mulai bersiap untuk mengeluarkan titanium dari troli. Kasyanto dan Lutfi bertugas untuk memasang seling baja ke alat bantu yang akan mengangkat titanium.
Hendra kemudian mengoperasikan remot hoist yang akan mengangkat titanium. Tapi baru saja titanium terangkat beberapa centimeter, terjadi ledakan yang bersumber dari bahan titanium di dalam troli.
Kepala UPTD Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II Disnakertrans Provinsi Jawa Barat, Ponco Widodo mengatakan, hingga saat ini penyebab kebakaran masih belum diketahui. Pihaknya masih melakukan penelusuran.Â
Advertisement