Liputan6.com, Medan - Ihan batak merupakan julukan dari masyarakat Danau Toba untuk menyebut ikan jurung (Neolissochilus thienemanni). Ikan ini disebut sebagai penghuni terakhir Danau Toba.
Mengutip dari indonesia.go.id, ihan batak secara ilmiah masih berkerabat dekat dengan ikan mas. Hal ini karena kedua ikan tersebut termasuk dalam famili yang sama, yakni Cyprinidae atau suku ikan karper.
Secara morfologi, ihan batak memiliki ciri tertentu, yakni bentuk badan yang pipih memanjang. Warna tubuhnya cenderung keperakan di usia kurang dari enam bulan. Seiring bertambahnya usia, warnanya akan berubah menjadi kuning kehijauan.
Advertisement
Baca Juga
Ihan batak memiliki cuping berukuran sedang pada bibir bagian bawah. Adapun sirip punggungnya berbentuk cekung, sedangkan sirip pada ekor menggarpu dengan bagian ujung meruncing.
Terdapat 10 sisik di depan sirip punggung dan 26 sisik di sepanjang gurat sisi. Selain itu, ada sekitar 24-28 sisik yang menutupi bagian linea lateralis atau garis yang biasanya terlihat pada bagian tengah tubuh ikan.
Sementara itu, pada masing-masing sisi moncong dan di bawah mata terdapat 10 baris pori-pori tidak teratur. Alurnya memanjang dari belakang hingga bibir bawah.
Cara mengetahui jenis kelamin ihan batak dilihat dari bentuk tubuhnya. Ihan batak betina memiliki bentuk tubuh lebih kembung dibandingkan jantan. Pada bagian warnanya, ihan jantan cenderung lebih gelap.
Ihan batak banyak ditemui di perairan dangkal danau, terutama anakannya. Spesies ini bisa ditemui di kedalaman 4-5 meter dengan dasar berpasir atau bebatuan serta berarus deras.
Ihan batak lebih menyukai air jernih dengan suhu rendah sekitar 16-26 derajat Celcius. Mereka juga menyukai air dengan kandungan oksigen tinggi.
Namun, ihan batak memilih berenang di bebatuan dasar danau sampai kedalaman maksimal 15 meter saat usianya semakin bertambah. Ikan yang termasuk fauna nocturnal ini mencari makan di malam hari dan banyak berdiam di balik bebatuan saat siang hari.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Makanan Alami
Adapun makanan alami ihan batak adalah siput, cacing, dan azolla (Mosquito ferns) atau sejenis tanaman paku yang tumbuh mengapung di permukaan air. Mereka membutuhkan waktu hingga 54 bulan untuk mencapai ukuran tubuh maksimal 1 meter dan berat 30 kilogram.
Usia hidup ikan ini cukup panjang, bahkan dapat mencapai 40 tahun. Jika dilihat sekilas, ihan batak mirip dengan marga Tor, seperti kancra, tombro, semah, lempon, atau ikan dewa.      Â
Ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi ini telah menjadi hidangan wajib keluarga raja dan bangsawan di Toba sejak masa lampau. Ihan batak biasanya diolah menjadi semacam mula jadi na bolon atau persembahan kepada Tuhan saat acara keagamaan.
Dalam ritual adat masyarakat Mandailing upa-upa atau mangupa, hidangan ini juga paling ditunggu. Umumnya, ihan batak menjadi bahan utama arsik, masakan ikan berkuah khas masyarakat Batak Toba.
Sayangnya, hidangan arsik berisi ihan batak perlahan mulai digantikan oleh ikan mas.Hal itu karena keberadaannya yang semakin langka
Hewan ini bahkan telah dimasukkan ke dalam Daftar Merah (Red List) berkategori Vulnarable (VU) oleh Dewan Konservasi Alam Internasional (International Union Conservation Nature/IUCN). Untuk menjaga eksistensinya, KKP menerbitkan Surat Keputusan Menteri KKP nomor 1 tahun 2021 tentang Jenis Ikan Yang Dilindungi.
Penulis: Resla
Â
Advertisement