Sukses

Sejarah Tahun Baru 1 Januari, dari Kebutuhan Pertanian hingga Perayaan Global

Dalam sistem penanggalan yang dikenal sebagai kalender Julian ini, Julius Caesar juga memperkenalkan konsep tahun kabisat. Setiap empat tahun sekali, satu hari ditambahkan pada bulan Februari untuk menyesuaikan perhitungan astronomi.

Liputan6.com, Yogyakarta - Perayaan tahun baru setiap 1 Januari yang kini dirayakan secara global memiliki sejarah panjang yang berawal dari kebutuhan dasar manusia dalam bidang pertanian. Penetapan awal tahun pada awalnya tidak jatuh pada 1 Januari, melainkan bermula sekitar 2000 SM di Mesopotamia (terletak diantara sungai Efrat dan Tigris).

Mengutip dari berbagai sumber, masyarakat Mesopotamia kuno memperingati pergantian tahun saat matahari berada tepat di atas garis katulistiwa, yang dalam penanggalan modern jatuh pada 20 Maret. Perayaan yang dikenal dengan nama Nowruz ini masih dilestarikan hingga kini di beberapa negara Timur Tengah.

Perubahan signifikan terjadi pada 45 SM ketika Julius Caesar, penguasa Kekaisaran Romawi, menetapkan sistem penanggalan baru. Caesar mengganti penanggalan tradisional Romawi dengan kalender yang berdasarkan revolusi matahari dan menetapkan 1 Januari sebagai hari pertama dalam sistem penanggalan tersebut.

Pemilihan bulan Januari memiliki makna tersendiri dalam tradisi Romawi, karena nama bulan ini diambil dari Dewa Janus, dewa permulaan dalam mitologi Romawi. Untuk menghormati Dewa Janus, masyarakat Romawi mengadakan perayaan pada malam 31 Desember menjelang 1 Januari.

Dalam sistem penanggalan yang dikenal sebagai kalender Julian ini, Julius Caesar juga memperkenalkan konsep tahun kabisat. Setiap empat tahun sekali, satu hari ditambahkan pada bulan Februari untuk menyesuaikan perhitungan astronomi.

Penyempurnaan kalender dilakukan pada 1582 di bawah kepemimpinan Paus Gregorius XIII. Hasil penyempurnaan ini kemudian dikenal sebagai Kalender Gregorian, yang kemudian diadopsi secara luas oleh negara-negara di seluruh dunia dan menjadi standar penanggalan internasional hingga saat ini.

Perhitungan tahun Masehi sendiri mulai dihitung sejak kelahiran Isa Al-Masih dari Nazaret. Sistem penghitungan ini mulai diadopsi di wilayah Eropa Barat sekitar abad ke-8.

Meski Kalender Gregorian telah menjadi standar internasional, beberapa peradaban mempertahankan sistem penanggalan tradisional mereka. Di Tiongkok, masyarakat menggunakan penanggalan Imlek yang menggabungkan perhitungan bulan dan bumi.

Umat Islam menggunakan Kalender Hijriah yang berdasarkan pergerakan bulan, dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Sementara di beberapa wilayah lain, seperti penanggalan Saka, masih digunakan dalam konteks budaya dan keagamaan tertentu.

Kalender Saka yang biasa disebut penanggalan Saliwahana, adalah sebuah kalender yang berasal dari India. Kalender ini merupakan sebuah penanggalan syamsiah-kamariah (candra-surya) atau kalender luni-solar yang dimulai pada tahun 78 Masehi.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Terkini