Liputan6.com, Solo - Kekayaan budaya dan sejarah di Solo menjadi daya tarik tersendiri di sektor pariwisata. Tak heran jika di Solo terdapat tiga gapura yang dikenal sebagai gapura paling bersejarah.
Kota Solo memang memiliki berbagai peninggalan sejarah yang masih dilestarikan hingga saat ini. Hal itu bisa dilihat dari keberadaan gapura-gapura bersejarah masa lalu.
Gapura ini menjadi simbol batas kota sekaligus pintu gerbang masuk ke wilayah Kerajaan Kasunanan Surakarta di masa lalu. Terdapat tiga gapura di Solo yang ditetapkan sebagai Struktur Cagar Budaya.
Advertisement
Ketiga gapura tersebut dibangun pada masa pemerintahan Pakubuwono X. Pembangunannya didasarkan alasan sebagai tanda perbatasan kota praja Surakarta dengan daerah di sekitarnya.
Baca Juga
Tak hanya sebagai gerbang kota, gapura-gapura tersebut juga memiliki nilai seni arsitektur luar biasa yang menyimpan filosofi mendalam. Mengutip dari surakarta.go.id, berikut tiga gapura paling bersejarah di Solo:
1. Gapura Dr. Oen Kandang Sapi
Gapura Dr. Oen Kandang Sapi berada di Jalan Brigjen Katamso, Solo. Gapura ini menjadi satu-satunya gapura penanda wilayah di sisi utara Kota Solo.
Gapura Dr. Oen Kandang Sapi dibangun pada awal 1900-an. Dahulu, gapura ini merupakan pintu masuk dan keluar dari wilayah kekuasaan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Gapura ini memiliki bentuk khas kupu tarung atau paduraksa. Meski masuk kategori gapura kecil. gapura ini bukan sekadar struktur arsitektur, melainkan saksi bisu perjalanan sejarah Kota Solo.
2. Gapura Jurug
Gapura Jurug terletak di perbatasan Solo dan Kabupaten Karanganyar. Gapura ini didirikan pada 1931-1932.
Gapura Jurug menjadi gerbang utama menuju wilayah kota praja Surakarta. Gaya arsitektur gapura ini terdiri dari dua bagian, yaitu model besar dan model kecil. Model besar berbentuk tinggi menyerupai lilin, sedangkan model kecil berbentuk lengkungan yang dapat dilalui pejalan kaki. Gapura ini masuk kategori gapura besar batas kota.
3. Gapura Kleco
Gapura Kleco berada di kawasan Kleco dan Jajar. Gapura ini dibangun pada era Pakubuwono X, yakni sekitar 1931-1932.
Gapura ini memiliki fingsi yang sama dengan Gapura Jurug, yakni sebagai penanda batas kota. Gapura yang masuk ke dalam kategori gapura besar batas kota ini memiliki bentuk mirip dengan gapura lainnya yang menampilkan desain unik yang khas pada masanya.
Penulis: Resla