Liputan6.com, Yogyakarta - Penggunaan deterjen sebagai campuran air dalam pemadaman kebakaran terbukti efektif mengatasi api dalam situasi darurat. Metode ini menjadi salah satu solusi alternatif saat peralatan konvensional pemadam kebakaran sulit menjangkau lokasi atau ketika sumber air terbatas.
Mengutip dari berbagai sumber, kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kebakaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyampaikan bahwa deterjen memiliki kemampuan menurunkan tegangan permukaan air sehingga membuat cairan lebih mudah menyebar dan meresap.
Laboratorium Pengendalian Kebakaran KLHK mencatat, campuran 100 ml deterjen dalam 10 liter air dapat meningkatkan efektivitas pemadaman hingga 40 persen dibanding penggunaan air biasa. Hal ini terjadi karena pembentukan lapisan busa yang berfungsi sebagai isolator antara bahan bakar dan api.
Advertisement
Baca Juga
Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta telah menerapkan metode ini dalam beberapa kasus kebakaran di pemukiman padat penduduk. Tercatat sepanjang 2023, dari 150 kasus kebakaran yang ditangani, 35 di antaranya menggunakan campuran deterjen sebagai alternatif pemadaman.
Kepala Seksi Operasional Damkar Jakarta Pusat menjelaskan penggunaan deterjen terutama efektif untuk kebakaran di area sempit atau lokasi dengan akses terbatas, terutama saat mobil pemadam tidak bisa masuk ke gang-gang sempit atau ketika hidran air jauh dari lokasi.
Di wilayah lain, Balai Pengendalian Kebakaran Hutan Kalimantan Selatan mencatat keberhasilan penggunaan deterjen dalam pemadaman kebakaran lahan gambut. Metode ini berhasil memadamkan api di area seluas 50 hektar dalam waktu 3 hari, lebih cepat dibanding metode konvensional yang biasanya membutuhkan waktu seminggu.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menerbitkan panduan teknis yang mengatur konsentrasi deterjen yang aman digunakan, yakni tidak lebih dari 2 persen dari volume air untuk menghindari dampak lingkungan.
Deterjen yang digunakan juga harus memenuhi standar khusus yang ditetapkan KLHK. Kriteria tersebut meliputi tingkat biodegradable minimal 80 persen dan tidak mengandung fosfat untuk meminimalkan pencemaran tanah dan air.
KLHK bekerja sama dengan produsen deterjen lokal untuk mengembangkan formula khusus yang lebih ramah lingkungan namun tetap efektif untuk pemadaman kebakaran. Penelitian tersebut ditargetkan rampung pada akhir 2024.
Pusat Penelitian Kebakaran KLHK juga tengah menyusun standar operasional prosedur penggunaan deterjen dalam pemadaman kebakaran yang akan diberlakukan secara nasional. Standarisasi ini mencakup aspek teknis pencampuran, metode aplikasi, dan protokol keselamatan.
Â
Penulis: Ade Yofi Faidzun