Liputan6.com, Jakarta - Benteng Rotterdam yang berada di Kota Makassar Sulawesi Selatan adalah salah satu peninggalan sejarah kolonial Belanda yang paling terawat di Indonesia.
Dirangkum dari berbagai sumber, benteng Rotterdam awalnya dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9, I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa risi Kallonna. Benteng ini awalnya dikenal dengan nama Benteng Ujung Pandang.
Pada masa itu, struktur benteng sebagian besar terbuat dari tanah liat, sebelum akhirnya direnovasi menjadi bangunan bata dan batu yang lebih kokoh oleh Raja Gowa ke-14, Sultan Alauddin, untuk memperkuat pertahanan kerajaan Gowa-Tallo dari ancaman luar.
Advertisement
Baca Juga
Benteng Rotterdam memiliki bentuk yang unik, menyerupai penyu yang sedang merangkak ke arah laut. Bentuk ini dipercaya melambangkan filosofi Kerajaan Gowa, yang memiliki kekuatan di darat maupun di laut.
Benteng ini terdiri dari lima bastion dengan tembok yang tebal dan tinggi, dirancang untuk menahan serangan musuh. Setiap bastion diberi nama sesuai dengan nama raja-raja Gowa, dan di dalamnya terdapat bangunan-bangunan seperti barak, gudang penyimpanan, dan ruang tahanan.
Salah satu ruang tahanan yang terkenal adalah tempat di mana Pangeran Diponegoro, seorang pahlawan nasional Indonesia, ditahan setelah ditangkap oleh Belanda pada tahun 1830.
Setelah jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1667, pasca Perjanjian Bongaya, benteng ini diambil alih dan diberi nama baru, yaitu Fort Rotterdam, oleh Cornelis Speelman, seorang jenderal Belanda yang berasal dari kota Rotterdam di Belanda.
Acara Festival
Pada masa pendudukan Belanda, Benteng Rotterdam menjadi pusat administrasi dan pertahanan Belanda di wilayah Indonesia bagian timur, sekaligus menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat menguntungkan.
Benteng ini juga digunakan sebagai tempat tinggal bagi para pejabat tinggi VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah kolonial di Indonesia.
Kini, Benteng Rotterdam berfungsi sebagai salah satu situs wisata sejarah yang menarik banyak pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri. Kompleks benteng ini menyimpan Museum La Galigo, yang menawarkan koleksi artefak bersejarah dari kebudayaan Sulawesi Selatan, termasuk benda-benda peninggalan Kerajaan Gowa dan Tallo, serta informasi mengenai sejarah Makassar.
Museum ini memberikan perspektif yang mendalam mengenai kehidupan masyarakat Sulawesi pada masa lampau, termasuk aspek sosial, ekonomi, dan budayanya. Pengunjung dapat menjelajahi setiap sudut benteng yang masih berdiri kokoh, menyusuri lorong-lorongnya yang penuh sejarah, dan menikmati pemandangan indah ke arah Pantai Losari dari atas benteng.
Benteng Rotterdam tidak hanya penting secara historis, tetapi juga menjadi simbol ketahanan dan keberlanjutan budaya lokal di tengah arus modernisasi. Setiap tahunnya, berbagai acara kebudayaan dan festival diadakan di kompleks benteng ini untuk merayakan dan melestarikan tradisi setempat.
Dalam konteks pendidikan, Benteng Rotterdam juga sering dijadikan sebagai lokasi studi lapangan bagi pelajar dan peneliti sejarah yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang peninggalan kolonial Belanda di Indonesia.
Sebagai salah satu warisan budaya yang dilindungi, benteng ini menjadi pengingat akan masa lalu yang penuh perjuangan dan sekaligus sebagai inspirasi untuk masa depan yang lebih baik.
Â
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement