Liputan6.com, Yogyakarta - Para astronom mengungkapkan fenomena astronomi yang mengejutkan, Bumi secara perlahan menjauh dari Matahari sebesar 1,5 sentimeter setiap tahunnya, sebuah proses yang telah berlangsung sejak planet ini terbentuk.
Mengutip dari berbagai sumber, fenomena ini terjadi akibat proses yang berlangsung di dalam Matahari sendiri. Tim peneliti menjelaskan bahwa Matahari terus-menerus mengubah massa menjadi energi melalui reaksi fusi nuklir di intinya, di mana hidrogen diubah menjadi helium.
Dinyatakan dalam jurnal penelitian terbaru bahwa pengurangan massa Matahari, meskipun sangat kecil, telah berdampak pada gaya gravitasinya terhadap planet-planet. Meski gravitasi Matahari sangat kuat, planet-planet tidak jatuh ke pusat tata surya karena adanya keseimbangan sempurna antara kecepatan orbital dan gaya gravitasi, yang membuat planet-planet, termasuk Bumi, bergerak dalam orbit berbentuk elips yang stabil.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan perhitungan ilmiah, Matahari diperkirakan akan kehilangan sekitar 0,1% dari total massanya selama masa hidupnya yang diperkirakan mencapai 10 miliar tahun. Akibatnya, dalam rentang waktu tersebut, Bumi akan menjauh sejauh 150.000 kilometer dari posisinya saat ini, atau sekitar 0,1% dari jarak orbit current.
Para ilmuwan telah mengidentifikasi beberapa dampak jangka panjang yang signifikan dari fenomena ini. Salah satunya adalah penurunan suhu rata-rata Bumi akibat berkurangnya intensitas radiasi Matahari yang diterima planet kita.
Selain itu, diperkirakan tahun Bumi akan menjadi lebih panjang karena perubahan orbit yang menyebabkan jarak Bumi ke Matahari semakin menjauh. Akibat perubahan suhu yang drastis ini, dikhawatirkan akan terjadi kepunahan massal pada berbagai spesies yang tidak mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang baru.
Akan tetapi, peneliti menemukan fakta yang lebih mengkhawatirkan. Sekitar 5 miliar tahun dari sekarang, sebelum Bumi mencapai jarak 150.000 kilometer tersebut, Matahari akan memasuki fase raksasa merah.
Pada fase ini, Matahari akan mengembang hingga ukuran yang sangat besar, yang justru akan menarik Bumi lebih dekat. Ironisnya, meskipun Bumi saat ini menjauh, planet kita kemungkinan besar akan 'jatuh' ke arah Matahari ketika bintang kita memasuki fase raksasa merah.
Terkait kekhawatiran tentang pemanasan global saat ini, para ilmuwan menegaskan bahwa fenomena menjauhnya Bumi dari Matahari tidak berkontribusi terhadap perubahan suhu Bumi. Pemanasan global yang kita rasakan lebih disebabkan oleh aktivitas manusia yang memperparah krisis iklim.
Para peneliti juga menegaskan bahwa jarak Bumi yang menjauh dari Matahari sebesar 1,5 sentimeter per tahun terlalu kecil untuk memberikan dampak terhadap perubahan suhu Bumi. Mereka menyimpulkan bahwa perubahan iklim yang kita alami saat ini sepenuhnya disebabkan oleh aktivitas manusia atau faktor antropogenik
Studi ini memberikan pemahaman baru tentang dinamika tata surya dan mengingatkan bahwa perubahan kosmik terjadi dalam skala waktu yang sangat panjang, berbeda dengan perubahan iklim yang kita hadapi saat ini yang membutuhkan tindakan segera.
Â
Penulis: Ade Yofi Faidzun