Sukses

Cerita Mahasiswa STMIK Komputama Sulap Gedebok Pisang jadi Produk Kreatif Bernilai Tinggi

Di tangan mahasiswa STMIK Komputama Majenang, gedebok alias batang pisang yang semula limbah disulap jadi produk kerajinan bernilai tinggi. Produk itu lantas dikemas jadi hampers

Liputan6.com, Jakarta - Cilacap dikenal sebagai salah satu penghasil sale pisang terbesar di Jawa Tengah, bahkan Indonesia. Itu menunjukkan betapa massifnya budidaya tanaman pisang di kabupaten terbarat Jateng sisi selatan ini.

Di sisi lain, limbah pohon pisang (gedebok) juga menjadi masalah tersendiri. Pernah suatu ketika, banjir terjadi di salah satu wilayah di Cilacap karena mampatnya saluran air karena tersumbat gedebok pisang yang hanyut saat terjadi hujan deras.

Melimpahnya limbah batang pisang ini memantik mahasiswa STMIK Komputama, Firdaus Sari Asta untuk memanfaatkan bahan yang dianggap tak berguna itu. Bersama tiga rekannya, Firdaus melakukan riset dan akhirnya berhasil menyulap gedebok pisang jadi produk kerajinan kreatif bernilai jual tinggi.

Bersama Shakirra Zahrarianti, Ifan Fatahillah dan Nuraini, dia menciptakan produk kerajinan keren berbahan dasar gedebok pisang.

Didampingi Ketua Bidang Kesiswaan STMIK Komputama, Mustangin _juga sekaligus mentor_ Firdaus bersama tim membuat produk hampers berisi, dompet, cover buku, tempat kartu nama hingga gantungan kunci.

Lantaran menariknya ide mengubah limbah jadi produk handycraft bernilai tinggi , Firdaus dan rekan lantas lolos oleh program Kewirausahaan Kementerian Perindustrian. Tak hanya itu, mereka juga lolos program Pertamina Foundation.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Didukung Pemerintah dan BUMN

”Awalnya kita terbentuk oleh program P2MW melalui kampus. Pendanaan program tersebut dilakukan untuk pembelian bahan baku dan alat produksi, setelah itu kita memproduksi berbagai barang berbahan pelepah pisang,” kata Firdaus.

Firdaus bercerita, setelah berhasil menciptakan produk, dia mengikuti ajang proyek sosial yang diselenggarakan Pertamina foundation. Proyek sosial tersebut diarahkan pada pemberdayaan Pondok Al Himam di Kecamatan Kawunganten.

Di Pondok tersebut tim melakukan pendampingan produksi. Outputnya diharapkan mereka dapat menjadi bagian kesatuan dari sistem produksi yang berkelanjutan.

"Kami yang mendesain dan memasarkan. Sementara, teman-teman di sana yang memproduksi. Jadi ada ketersinambungan," kata dia.

Ajaibnya, produk ini rupanya diminati pasar. Produk kratif ini dijual dan dikemas jadi semacam hampers dengan harga Rp275 ribu per paket.

Produk yang dinamai Bana Sentra itu, kini juga mulai ikut sertakan pada ajang pameran maupun pemasaran secara berjejaring.

Ada pula instansi, baik pemerintah maupun swasta yang memesan hampers dalam jumlah signifikan. Salah satunya BI Purwokerto.

3 dari 3 halaman

Ramah Lingkungan

Firdaus mengungkapkan, sebelum dijadikan dompet dan souvenir lainnya, pelepah pohon pisang melalui beberapa tahap pengolahan seperti memilih batang pisang yang sudah cukup tua dan kuat.

Batang pisang lantas digiling. Hasil gilingan tersebut kemudian ditempatkan pada kain sebagai dasar. Sebagai pengikat, digunakanlah polimer.

Setelah kering, maka bahan setengah jadi tersebut bisa dibentuk sesuai kebutuhan. Di antaranya dompet, kartu nama, cover buku, maupun gantungan kunci.

Produk tersebut juga bisa digabung dengan kulit atau sintetis. Namun demikian produk berbahan pelepah pisang tersebut termasuk produk recycle yang ramah lingkungan.

Pelepah pisang dicuci bersih dan dijemur hingga kering karena pelepah pisang yang sudah kering akan lebih mudah diproses.

"Dompet pelepah pisang ini selain diwarnai juga menggunakan pewarna alami untuk memberikan tampilan yang menarik. Setelah itu, lapisan pelindung atau finishing seperti minyak atau lilin dapat diterapkan agar permukaan dompet menjadi lebih tahan air dan lebih awet," jelas Firdaus.

Menurut dia, menggunakan pelepah pisang yang biasanya dibuang sebagai limbah tanaman mengurangi sampah organik dan membantu menjaga kelestarian lingkungan. Bahan alami yang terdapat di pelepah pisang juga tidak mengandung bahan kimia berbahaya, sehingga lebih aman digunakan untuk produk yang akan bersentuhan langsung dengan kulit.