Sukses

Uniknya Gaya Rambut Siput Ekor Kera Khas Riau

Tak hanya sebagai pemanis estetika penampilan, siput ekor kera juga memiliki hubungan erat dengan perkembangan kebudayaan Melayu. Gaya rambut ini juga erat kaitannya dengan seni menghias rambut.

Liputan6.com, Riau - Siput ekor kera merupakan gaya rambut tradisional yang dikenakan wanita Riau. Gelung ini dapat digunakan dalam upacara adat maupun kehidupan sehari-hari.

Mengutip dari indonesiakaya.com, nama siput ekor kera bukan merujuk pada nama hewan. Masyarakat di Kabupaten Bengkalis menyebut sanggul dengan nama siput.

Tak hanya sebagai pemanis estetika penampilan, siput ekor kera juga memiliki hubungan erat dengan perkembangan kebudayaan Melayu. Gaya rambut ini juga erat kaitannya dengan seni menghias rambut.

Bahkan, sanggul ini juga melambangkan status sosial dan identitas budaya masyarakat setempat. Secara filosofi, siput ekor kera mencerminkan nilai-nilai keanggunan, kekuatan, dan kesederhanaan.

Gaya rambut ini berbentuk melingkar yang melambangkan siklus kehidupan, kesuburan, dan kesinambungan tradisi. Sanggul ini juga kerap ditambah dengan hiasan bunga maupun perhiasan.

Menariknya, siput ekor kera terdiri dari 15 jenis. Dari jumlah tersebut, dibagi berdasarkan tiga golongan penggunanya, yakni untuk remaja, pengantin, dan dewasa.

Sanggul untuk remaja terbagi menjadi enam jenis, yaitu siput jonget (dari Siak Indrapura, Kabupaten Bengkalis), siput bulat (Kabupaten Bengkalis), siput bingkar (Kabupaten Bengkalis), siput limau manis (Kabupaten Bengkalis), siput tanduk (Kabupaten Riau), serta siput ekor kera (Kabupaten Bengkalis).

Adapun sanggul siput ekor kera untuk pengantin dibagi menjadi empat jenis, yaitu siput lipat pandan (Kabupaten Kampar), siput buntut cigak ekor kera (Kabupaten Bengkalis), siput lintang (Siak), dan siput tanduk (Polo Penjengat Tanjung Pinang, Kepulauan Riau).

Sementara itu, sanggul untuk dewasa terbagi menjadi empat jenis, yaitu siput lintang (Indragiri Hulu), siput lipat pandan (Siak), siput jonget (Siak), dan siput naga bejuang.

Untuk membuat sanggul siput ekor kera dimulai dengan membagi rambut menjadi dua bagian. Bagian depan disasak, sedangkan bagian belakang diikat agak ke atas atau sekitar tujuh jari di atas hairline.

Selanjutnya, tambahkan cemara rambut sepanjang 80–100 cm dengan kuat dan satukan dengan rambut asli dengan cara memilin hingga halus. Kemudian, arahkan pilinan rambut ke kiri, mengarah ke atas pangkal rambut, sehingga membentuk angka delapan.

Sisakan bagian rambut yang mengarah ke bawah untuk dibiarkan menjuntai, sehingga menciptakan bentuk yang disebut ‘sawok ayam mengeram’. Istilah ini diambil dari kesan visual yang menyerupai ayam yang sedang mengeram di sarangnya.

Namun, sawok ayam mengeram sebaiknya tidak mencapai kerah dan cukup sampai dua jari di atas garis rambut saja. Setelah itu, rapikan sisa rambut menggunakan hairnet dan hairspray.

Sebagai pemanis, tambahkan aksesori pada tempatnya untuk melengkapi penampilan. Umumnya, aksesori yang digunakan adalah jurai cemara pendek yang terdiri dari lima atau tujuh untaian (satu buah).

Dengan panjang sekitar 1,5 jengkal, jurai tersebut dipasang pada siput sebelah kanan. Selanjutnya, tiga tusuk paun (ringgit) dipasang di tengah siput.

Pada sisi kiri, ditambahkan lima buah kembang melur, kenanga, dan kantil kuning (tiga buah di atas dan dua buah kantil putih di bawah). Bunga yang digunakan biasanya adalah bunga asli yang masih segar atau bunga imitasi satin.

Bukan itu saja, perbedaan ornamen pada siput ekor kera juga mencerminkan status sosial pemakainya. Gadis keturunan raja atau bangsawan biasanya menggunakan ornamen berwarna emas yang dipadukan dengan pakaian senada dan songket Siak. Adapun untuk kalangan rakyat biasa, biasanya menggunakan ornamen berwarna perak atau bunga melati.

 

Penulis: Resla

Video Terkini