Sukses

Sinonggi, Warisan Kuliner Suku Tolaki yang Bertahan Ratusan Tahun

Pada masa lalu, Suku Tolaki mendapatkan bahan baku sinonggi dari pohon sagu yang tumbuh di sepanjang Sungai Konaweha.

Liputan6.com, Kendari - Tradisi menyantap sinonggi secara bersama-sama atau mosonggi masih dilestarikan oleh suku Tolaki di Sulawesi Tenggara hingga saat ini. Makanan berbahan dasar pati sari sagu ini telah menjadi identitas kuliner masyarakat Tolaki selama ratusan tahun.

Mengutip dari berbagai sumber, nama sinonggi berasal dari kata posonggi, yakni sebuah alat makan tradisional mirip sumpit yang terbuat dari bambu yang telah dihaluskan. Alat makan khas ini digunakan khusus untuk mengambil sinonggi dari wadah penyajiannya.

Pada masa lalu, Suku Tolaki mendapatkan bahan baku sinonggi dari pohon sagu yang tumbuh di sepanjang sungai Konaweha. Setelah diolah menjadi pati sari, sagu kemudian dimasak hingga menjadi hidangan utama yang disajikan dalam odula, nampan tradisional yang terbuat dari kayu.

Penyajian sinonggi memiliki keunikan tersendiri dibandingkan makanan serupa seperti kapurung atau papeda. Hidangan ini tidak langsung dicampur dengan sayur, kuah ikan, atau sambal.

Akan tetapi, makanan ini disajikan terpisah sehingga penikmatnya dapat mencampur sesuai selera masing-masing. Dua jenis pelengkap yang selalu hadir dalam hidangan sinonggi adalah jeruk Tolaki dan palola.

Seiring perkembangan zaman, terjadi perubahan dalam cara penyajian sinonggi. Penggunaan odula kini mulai tergantikan dengan baskom, sementara posonggi diganti dengan sumpit modern.

Meski demikian, sinonggi tetap menjadi hidangan yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakat Totolaki. Ini mencerminkan kelestarian warisan kuliner nusantara yang tetap bertahan di tengah modernisasi.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Terkini