Sukses

3 Tradisi Unik Suku Muna Sulawesi Tenggara, Salah Satunya Sunat Perempuan

Semuanya bertujuan untuk mempersiapkan anak perempuan menghadapi kehidupan dewasa dengan bekal nilai-nilai agama, budaya, dan sosial yang kuat. Mengutip dari berbagai sumber, berikut penjelasan tiga tradisi Suku Muna di Sulawesi Tenggara.

Liputan6.com, Kendari - Suku Muna di Sulawesi Tenggara memiliki tiga tradisi unik yang masih terjaga hingga saat ini. Tradisi-tradisi ini mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai luhur yang diwariskan secara turun-temurun, khususnya dalam membentuk karakter dan kepribadian anak-anak perempuan mereka.

Ketiga tradisi tersebut adalah kangkilo (sunatan perempuan), katoba (ritual pengislaman), dan karia atau kaghombo (pingitan). Masing-masing tradisi memiliki makna mendalam dan tujuan mulia dalam membentuk generasi muda Suku Muna, terutama dalam aspek keagamaan, moral, dan etika.

Yang menarik, ketiga tradisi ini saling berkaitan satu sama lain dalam proses pendewasaan anak perempuan suku Muna. Dimulai dari kangkilo yang dilakukan sebelum prosesi katoba, dilanjutkan dengan ritual katoba itu sendiri, dan diakhiri dengan tradisi pingitan atau karia.

Semuanya bertujuan untuk mempersiapkan anak perempuan menghadapi kehidupan dewasa dengan bekal nilai-nilai agama, budaya, dan sosial yang kuat. Mengutip dari berbagai sumber, berikut penjelasan tiga tradisi Suku Muna di Sulawesi Tenggara:

1. Sunat Perempuan

Tradisi sunat perempuan di suku Muna dikenal dengan sebutan kangkilo, yang dilaksanakan ketika anak perempuan mulai beranjak dewasa dan dilakukan sebelum prosesi katoba. Tradisi ini mencapai puncaknya dalam ritual yang disebut Kaghombo.

Kaghombo adalah sebuah upacara yang bertujuan untuk menempa para gadis dalam melewati empat alam kehidupan-alam arwah, alam misal, alam aj'sam, dan alam insani. Dalam pelaksanaannya, kangkilo sarat dengan berbagai nilai luhur, mencakup nilai-nilai religius, budaya, gotong-royong, serta etika dan moral.

Sejarah mencatat bahwa tradisi ini berawal dari kedatangan seorang ulama Arab bernama Sayid Raba Muna. Ia kemudian mengintegrasikan ajaran fikih Islam ke dalam materi pendidikan norma dan ritual kangkilo.

2. Katoba

Tradisi katoba adalah ritual pengislaman atau pengucapan toba (pertobatan) yang dilakukan pada anak-anak suku Muna yang memasuki usia dewasa, yaitu antara 6-11 tahun. Tradisi ini sarat dengan nilai-nilai agama Islam dan sosial-budaya.

Dalam tradisi katoba, anak-anak diajarkan nilai-nilai keislaman, nasihat moral etika, dan penyucian diri. Prosesi katoba mengajarkan beberapa hal penting yang dimulai dengan pengucapan dua kalimat syahadat sebagai bentuk pengakuan keimanan.

Anak-anak juga diajarkan untuk menghormati orangtua, di mana ayah dipandang sebagai pengganti Allah SWT dan ibu sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, mereka diajarkan untuk menghormati kakak yang diibaratkan sebagai pengganti malaikat Jibril.

Serta diajarkan juga untuk menyayangi adik yang diumpamakan sebagai pengganti seluruh kaum mukminin. Ajaran-ajaran ini menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual yang mendalam dalam diri anak-anak melalui simbolisasi figur-figur penting dalam Islam.

3. Pingitan

Tradisi pingitan di Suku Muna disebut Karia atau Kaghombo. Karia merupakan prosesi kurungan bagi perempuan yang telah beranjak dewasa selama waktu tertentu dan tidak diperbolehkan berhubungan dengan dunia luar.

Tradisi ini telah menjadi kebiasaan masyarakat di Pulau Muna sejak beberapa abad yang lalu. Tradisi Karia bertujuan untuk membekali anak perempuan dengan nilai-nilai etika, moral, dan spiritual.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Terkini