Liputan6.com, Bali - Alam yang indah memang menjadi magnet utama pariwisata di Bali. Namun, Bali juga memiliki daya tarik lain berupa keunikan upacara adatnya yang masih terjaga.
Beragam upacara adat Bali yang masih dilestarikan menjadi bukti bahwa masyarakat setempat masih memegang teguh budaya dan tradisinya. Dua hal tersebut memang menjadi sendi kehidupan masyarakat Pulau Dewata sejak dahulu.
Berikut tujuh upacara adat di Bali yang memiliki keunikan tersendiri:
Advertisement
Baca Juga
1. Hari Raya Galungan
Galungan merupakan upacara adat Bali yang bertujuan untuk merayakan kemenangan melawan kejahatan. Nama galungan berasal dari bahasa Jawa Kuno dan berarti menang.
Bukan itu saja, upacara galungan juga digelar untuk memperingati terciptanya alam semesta beserta isinya. Peringatan ini dilaksanakan setiap 210 hari dalam perhitungan kalender Bali. Sederet rangkaian peringatan sudah berlangsung sekitar 25 hari sebelum Hari Raya Galungan.
2. Hari Raya Saraswati
Selain Galungan, hari raya lain yang cukup penting di Bali adalah Hari Raya Saraswati. Hari raya ini diperingati sebagai upaya merayakan ilmu pengetahuan.
Dalam perayaannya, umat Hindu Bali akan mengadakan upacara khusus untuk mengagungkan Dewi Saraswati. Sosok Dewi Saraswati dipercaya membawa ilmu pengetahuan di bumi hingga membuat semua orang di dunia menjadi pintar dan terpelajar.
Dalam upacara saraswati, semua yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan didoakan, termasuk buku dan kitab. Selain itu, juga ditampilkan pentas tari dan pembacaan cerita hingga semalam suntuk.
3. Upacara Melasti
Upacara melasti merupakan upacara penyucian. Upacara ini bisa ditujukan untuk manusia maupun benda sakral milik pura.
Menurut kepercayaan agama Hindu, sumber air merupakan sumber kehidupan atau tirta amerta. Sumber air tersebut bisa berupa danau, laut, maupun mata air.
Dalam pelaksanaannya, masyarakat akan berbondong-bondong menuju laut atau sumber air dengan mengenakan pakaian putih. Mereka juga membawa perlengkapan persembahyangan dan biasanya mengusung pratima, yakni benda atau patung yang disakralkan untuk dibersihkan secara sekala dan niskala.
Upacara ini bertujuan untuk meningkatkan bhakti kepada para Dewa dan manifestasi Tuhan. Melalui upacara ini, umat Hindu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk mengembalikan kelestarian lingkungan.
Â
Upacara Mepandes
4. Upacara Mepandes
Upacara mepandes juga dikenal dengan nama metatah atau mesuguh. Upacara ini dilakukan ketika seorang anak mulai memasuki masa remaja.
Dalam upacara ini, enam gigi taring bagian atas anak-anak yang beranjak dewasa akan dikikis. Tujuan dilaksanakannya upacara pemotongan gigi ini adalah untuk menghilangkan nafsu buruk, seperti keserakahan, kecemburuan, marah, dan sebagainya.
5. Upacara Ngaben
Upacara ngaben merupakan upacara pembakaran jenazah di Bali. Konon, ritual upacara ini dipercaya dapat menyempurnakan jenazah untuk kembali ke Sang Pencipta.
Upacara ngaben dibagi menjadi tiga jenis, yaitu ngaben sawa wedana, ngaben asti wedana, dan swasta. Upacara ngaben sawa wedana dilakukan setelah jenazah diawetkan sebelum waktu ritual pembakaran berlangsung.
Upacara ngaben asti wedana dilakukan setelah jenazah dikubur terlebih dahulu. Sementara upacara swasta dilakukan bagi penduduk Bali yang meninggal di luar daerah atau yang jasadnya tidak ditemukan.
6. Upacara Ngerupuk
Upacara ngerupuk dilakukan tepat sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Masyarakat wajib melakukan persembahan kepada Bhuta Kala.
Persembahan itu bertujuan untuk mengusir Bhuta Kala agar tidak menggangu kehidupan manusia saat sedang melakukan brata penyepian. Ritual dimulai dengan mengobori rumah, menyemburi rumah serta pekarangan dengan mesiu, dan memukul benda hingga menimbulkan suara gaduh.
Setelah ritual selesai, biasanya akan ada pawai ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh diarak bersama obor mengelilingi kawasan rumah tinggal warga.
7. Upacara Tumpek Landep
Upacara tumpek landep merupakan upacara untuk menyucikan senjata dan peralatan yang dimiliki. Upacara ini dilakukan dengan sesaji dan doa-doa.
Upacara yang dipimpin oleh pemuka adat ini dilakukan di pura yang dianggap sakral. Melalui upacara adat Bali ini, diharapkan seluruh senjata dan peralatan milik masyarakat yang disucikan dapat memberikan keberkahan bagi para pemiliknya.
Â
Penulis: Resla
Advertisement