Liputan6.com, Denpasar - Tukad Bindu adalah destinasi pioneer yang menyajikan keindahan sungai di wilayah Denpasar dengan air bersih tanpa adanya sampah. Masyarakat desa di sepanjang Tukad Bindu sukses menjaga lingkungan dan khususnya sungai.
Sungai terlihat airnya sangat jernih dengan pemandangan dan pengelolaan sungai menjadi instagramable. Sungguh wajib menjadi salah satu tujuan wisata akhir pekan.Â
Bagaimana tidak, Tukad (sungai) Bindu telah berdiri sejak tahun 2010 itu memiliki luas 4 Hektare dan panjang 2 kilometer itu sangat aman untuk digunakan untuk mandi. Tak heran, setiap pengunjung yang hadir di Tukad Bindu mayoritas menghabiskan waktu sepanjang hari untuk mandi di sungai.
Advertisement
Air sungainya yang jernih seperti mengajak setiap orang yang melihatnya untuk segera menceburkan diri ke Tukad Bindu.
Pelopor, penggerak dan juga Ketua Pengawas Tukad Bindu, I Gusti Rai Ari Temaja mengaku sukses berdirinya Tukad Bindu hingga saat ini adalah salah satu bukti masyarakat 4 banjar dimana sungai bersih tersebut berada. 4 Banjar tersebut adalah Banjar Abian Nangka Kaja, Banjar Abian Nangka Kelod, Banjar Dukuh dan Banjar Ujung itu sukses menerapkan pola fikir dan mengelola mental block (Mental yang kurang sadar bijaksana).
Baca Juga
"Di mana masyarakat sadar jika buang sampah sembarangan pastinya akan jadi bencana. Tapi, kurang mampu membijaki kesadaran untuk mampu bersikap yang pas, pantas dan tepat. Intinya mereka sukses menata mindset dan mengelola mental block," kata pria yang karib disapa Gung Nik itu kepada Liputan6.com, Sabtu (4/1/2025).
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Penyelamatan Sumber Air
Gung Nik mengaku, kesuksesan sungai bersih tersebut banyak menginisiasi wilayah Kabupaten lain mengelola sungai mereka yang juga menjadikannya sebagai destinasi wisata. Tak sedikit, Tukad Bindu lainnya muncul di Kabupaten Kota lainnya di Bali bahkan luar Pulau Bali. Bahkan, terinisiasi dari Tukad Bindu ada Sungai Hulu Petanu yang sukses dikelola masyarakatnya yang menghasilkan ekonomi tinggi.
"Mereka bahkan sudah dikelola dengan sangat baik dengan minimal pemasukan hingga 200 juta. Masih banyak tukad-tukad lainnya bermunculan. Ya, karena sudah banyak masyarakat sangat sadar dan peduli dengan lingkungan mereka," ungkap dia.Â
Dirinya menjelaskan, upaya yang dilakukan pihaknya dalam mengelola Tukad Bindu menjadi sungai bersih dibarengi dengan peran aktif para penggerak Tukad Bindu memberikan edukasi melalui pertemuan-pertemuan, pembinaan, penerapan, dan juga campaign melalui film dokumenter. Campaign dokumenter tersebut untuk mengimbangi kemajuan teknologi melalui film-film menarik terkait lingkungan yang bisa ditonton langsung oleh para generasi muda.
"Kita sering libatkan anak-anak TK, SD, SMP, SMP, mahasiswa untuk berperan aktif khususnya di lingkungan Tukad Bindu dan Bali. Tukad Bindu juga menjadi langganan kunjungan sekolah dan universitas, ketika mereka datang ke sini kita berikan tontonan film dokumenter judul Tonya Bindu (abstraknya sungai)," ujar Gung Nik.
Dirinya menjelaskan kesadaran masyarakat sekitar Tukad Bindu lantaran tak henti-hentinya para penggerak Tukad Bindu melakukan edukasi terkait menjaga kebersihan sampah yang bisa menjadi sumber penyelamatan air bersih di masa mendatang. Para penggerak tukad Bindu sudah berkeliling Indonesia bahkan di beberapa negara luar menggelorakan pentingnya mengelola sungai selalu bersih.
"Tukad Bindu menjadi pioneer sungai yang bisa digunakan untuk mandi dan cuci karena airnya sangat jernih, sekaligus sebagai destinasi wisata," katanya.
Advertisement
Bank Sampah
Selain itu, menghasilkan nilai ekonomi salah satu yang membuat ketertarikan masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan sekitar mereka. menurut Gung Nik, untuk menghasilkan ketertarikan perlu adanya pemantik yang mampu menghasilkan ekonomi tinggi, di antaranya O3 (otak, otot, ongkos). Sebulan sekali masyarakat dari empat banjar tersebut menukar plastik sampah ke bank sampah. mereka juga juga recycle sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomi. Conroh produk sampah recycle Tukad Bindu seprti kota tisu, nampan, asbak, dan lainnya.Â
"Karena tanpa adanya ekonomi ketertarikan masyarakat pasti berkurang. Untuk di Tukad Bindu mengembangkan ekonomi, secara langsung bekerjasama dengan bank sampah, pengawasan dari 4 banjar. Produk recycle bernilai ekonomi dijual di sini," paparnya.
Sementara itu, Gung Nik menyebut sungai juga menjadi salah satu tempat yang banyak dianggap seram oleh masyarakat, namun bagi Gung Nik masyarakat yang selalu beranggapan bahwa sungai menjadi tempat-tempat yang diyakini sebagai rumah makhluk halus adalah salah.
Menurutnya, makhluk halus di sungai itu tidak ada yang ada karena resahnya masyarakat melihat singai tidak tertata. Namun, apabila setelah terkelola dan tertata akan menjadi ketertarikan. "Terlepas dari skala niskala. Ketertarikan tersebut membuat sungai indah dan menarik, yang dibilang seram karena, tata kelonanya yang tidak berjalan. jadi sungai terlihat menakutkan," ungkap dia.
Masyarakat di sekitar Tukad Bindu semakin sadar dan semakin mandiri, masyarakat lebih sering menyikapi secara serius masalah lingkungan. Tukad Bindu berada di Jalan Turi, kesiman, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar.