Sukses

Khatam Kitab Arja, Tradisi Unik Memperingati Isra Mikraj

Tradisi tahunan khatam kitab arja biasanya mulai dilaksanakan selepas salat Isya. Tradisi ini diawali dengan tahlil singkat dan dilanjutkan dengan membaca kitab Arja.

Liputan6.com, Yogyakarta - Masyarakat di Desa Wonohoyo, Temanggung, Jawa Tengah memiliki tradisi unik dalam memperingati Isra Mikraj. Adalah khatam kitab Arja, sebuah tradisi tahunan yang digelar pada malam hari saat Isra Mikraj.

Mengutip dari berbagai sumber, kitab Arja merupakan kitab tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW hingga terjadinya Isra Mikraj. Kitab karya KH Ahmad Rifai Al-Jawi ini ditulis dalam bahasa Jawa.

Tradisi tahunan khatam kitab arja biasanya mulai dilaksanakan selepas salat Isya. Tradisi ini diawali dengan tahlil singkat dan dilanjutkan dengan membaca kitab Arja.

Kitab tersebut dibacakan oleh dua orang kiai Desa Wonoboyo secara bergantian. Pembacaan tersebut biasanya dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian pertama tentang Isra dan bagian kedua tentang Mikraj. Adapun para jemaah cukup menyimak dan mendengarkan dengan saksama.

Mengutip dari laman NU Online, kitab ini juga dikenal dengan nama yang lebih lengkap, yaitu Arjaa Syafaat. Artinya, saya berharap mendapatkan syafaat.

Namun, akhirnya nama tersebut lebih populer dengan sebutan kitab Arja atau Arjo. Salah satu alasannya adalah lidah orang Jawa yang terasa lebih mudah mengucapkannya dengan nama yang lebih singkat tersebut.

Dalam kitab Arja, pengarang mengungkapkan pujian kepada Allah dan selawat Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, pengarang memulainya dengan mengutip ayat Al-Qur'an yang berhubungan dengan sejarah Isra dan Mikraj, yaitu surat Al-Isra ayat satu.

Setelahnya, diuraikan secara detail tentang perjalanan Isra dan Mikraj. Penjabaran tersebut dimulai sejak Nabi Muhammad SAW didatangi malaikat Jibril yang menyampaikan kabar dari Allah SWT tentang adanya misi Isra dan Mikraj, naik Buraq, hingga pulang kembali sampai Makkah.

Untuk mengatamkan bacaannya, dibutuhkan sekitar hampir dua jam. Kitab klasik ini belum memakai sistem penomeran perhalaman, melainkan masih memakai sistem kuras.

Kitab Arja cukup tebal, yakni sebanyak empat kuras yang setiap satu kuras berisi sekitar 20 halaman. Baru-baru ini, kitab Arja sudah ada dalam edisi elektronik (e-book).

Hingga kini, tradisi khatam kitab Arja masih dilakukan oleh masyarakat di Desa Wonohoyo untuk memperingati Isra Mikraj. Tradisi ini telah diwariskan para leluhur secara turun-temurun.

Penulis: Resla

Video Terkini