Liputan6.com, Yogyakarta - Banjir yang terjadi di Bekasi dan berimbas pada puluhan ribu jiwa ini, Guru Besar Fakultas Geografi UGM Suratman, mengatakan banjir di Bekasi tidak dapat disebut sebagai dampak dari intensitas hujan saja. Karena, banjir sudah sering terjadi di saat musim penghujan, namun dampaknya bisa meningkat yang disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya alih fungsi lahan di wilayah resapan air.
“Penyebab yang lain adalah perubahan muka bumi. Pertumbuhan penduduk yang padat membuat pembangunan bertambah sehingga lahan resapan air berkurang oleh pembangunan-pembangunan yang tidak bertanggung jawab di wilayah konservasi dan perlindungan air. Inilah yang membuat hujan tidak diresap dan menjadi banjir,” paparnya, Kamis (14/3/2025).
Suratman menyayangkan pembangunan yang padat yang terjadi di daerah aliran sungai (DAS), sementara wilayah DAS yang dipadati oleh permukiman membuat ruang dan tubuh air kehilangan gerakan alaminya. Maka salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah memulihkan kembali wilayah bantaran sungai dengan penertiban pemanfaatan ruang. “Lahan yang merupakan ruangan air jangan dimanfaatkan sebagai bukaan lahan baru untuk pemukiman. Beri ruang untuk air supaya air tidak ke mana-mana. Airnya harus terlokalisasi, misalnya dengan danau kota atau bendungan,” ucap Kepala Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) UGM ini soal banjir di Bekasi.
Advertisement
Lebih lanjut Suratman memberikan contoh praktik baik Belanda dalam memanajemen air yang baik dengan pengaturan ekosistem air yang mengatur pembangunan di wilayah teras sungai, pembangunan tanggul, perhitungan debit air di sungai, dan pengerukan dasar sungai dari endapan yang dibawa oleh air. Menurutnya hal-hal inilah yang harus terus dijalankan dan dievaluasi prosesnya sehingga meminimalkan risiko banjir selain penguatan normalisasi sungai.
Berkaitan dengan mitigasi banjir seperti banjir di Bekasi ini Suratman menyampaikan ada empat aspek utama yang perlu diperhatikan yaitu manajemen lahan, vegetasi, air, dan manusia. Pengelolaan ini bisa memakai one river, one plan, one management.
Conothnya, mengembalikan lahan air, mengembalikan vegetasi, dan diintegrasikan lewat sumur resapan serta yang paling penting adalah peran pemerintah untuk meregulasi dan memitigasi kondisi ini kepada masyarakat. “DAS ini penting sehingga ketangguhannya dalam merespons hujan itu wajib utamakan. Air adalah berkah, bagian dari alam. Kita sebagai manusia perlu belajar bertata krama dengan air, intinya jaga kepentingan alam dan hidup harmonis dengan lingkungan,” ujarnya.